
“Saya Pastor Thomas Sinabariba. Saya baru saja mengecap sweet seventy bukan sweet seventeen. Itu karena memasuki usia 70 tahun,” ucap Imam Kapusin dengan senyum sumringah saat menyambut Komsos KAM dalam kegiatan Pelatihan Jurnalistik Bermedia Sosial dengan Baik, di pendopo Rumah Pembinaan Fransiskan (RPF) Nagahuta – Pematangsiantar.
Direktur Radio Karina 98.0 FM, RP Thomas Sinabariba OFM Cap mengaku, masih semangat dalam memimpin media elektronik yang telah berdiri sejak tahun 2007 tersebut. “Tidak terasa sudah berjalan 15 tahun ya,” tuturnya.
Dia mengisahkan, setelah menerima Tahbisan Imamat pada tahun 1980, dirinya banyak bergelut dalam karya pengajaran. “Setelah tahbisan, saya langsung ditugaskan sebagai pastor di Paroki, tak lama berselang kemudian diikut sertakan juga dalam Panitia Kateketik (Pankat), di mana saya mengajar atau empowering pengurus-pengurus gereja yang tidak tertahbis,” katanya.
Dalam satu kesempatan, Pastor Thomas melanjutkan, dirinya juga ditugaskan untuk studi magister. “Sehingga saya ada kualifikasi untuk mengajar frater-frater kita. Maka, saya lama bergelut dalam karya pengajaran ini, baik sebagai pastor di paroki, Pankat, maupun di kampus STFT – Pematangsiantar.”
Ketika menapaki usia angka emas (50 tahun), Imam Kapusin tersebut mulai mempertimbangkan bahwa dirinya tidak mungkin lagi mampu untuk menjalani tugas pelayanan di atas. “Maka saya mulai memikirkan, bagaimana caranya agar saya masih mampu menyampaikan keyakinan iman Katolik kepada banyak umat?,” katanya mengenang.
“Saya sempat menjajal karya video 12 menit dalam satu pelatihan di Jogja. Namun, seiring waktu, saya mendapati bahwa karya pewartaan yang paling terjangkau ialah melalui siaran radio,” ujarnya. “Dari titik itu lah saya mulai menjajaki membangun Radio Karina ini. Karena di bidang radio, kita tidak perlu membuat banyak persiapan.”
Dalam kesempatan tersebut, Pastor Thomas menjelaskan visi “Total Human Development” yang dipegang Radio Karina. “Visi tersebut berarti pengembangan manusia seutuhnya. Jadi Gereja kita, bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk orang lain. Maka, dalam visi ini kita hendak menjadikan sesama insan menjadi manusia yang utuh. Sesudah membentuk sisi manusianya, baru menyentuh sisi iman.”
“Nah, radio ini bukan untuk Katolik doang. Kita hendak menyentuh ekonomi, pendidikan, relasi. Bagaimana suku-suku di Simalungun ini tidak terkotak-kotak. Agar seluruh suku saling mencintai. Karenanya, kita memutar beragam lagu daerah. Agar visi semua suku tersebut saling mencintai,” pungkas Pastor Thomas.
(Ananta Bangun)