
Pada 25 Mei 2022, Uskup Keuskupan Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap telah menerbitkan imbauan “Mengangkat Tenaga Pastoral Purna Waktu” yang ditujukan kepada para para Pastor Paroki se-KAM. Imbauan ini menindaklanjuti Surat Apostolik (Motu Proprio) berjudul “ANTIQUUM MINISTERIUM” (Pendirian Pelayanan Katekis) yang diterbitkan oleh Sri Paus Fransiskus pada 11 Mei 2021.
Harapan Bapa Suci, Surat Apostolis segera diwujudkan di keuskupan-keuskupan. Melihat relevansinya dengan situasi konkrit pelayanan pastoral di KAM, Bapa Uskup mengimbau agar semua pihak bekerjasama. “Kami menyadari bahwa di banyak paroki, sudah ada Katekis, Katekis Generasi Muda, Penyuluh Agama Katolik non Pegawai Negeri Sipil, Seksi Katekese, dan Relawan. Namun bila paroki merasa masih perlu Tenaga Pastoral purna waktu, maka paroki boleh merekrut personalia baru dengan mempertimbangkan volume kerja, luasnya wilayah, jam kerja, dll.”, ungkap Mgr. Kornelius. Bapa Uskup mempersilakan pihak paroki berkoordinasi dengan Tim Manajemen Sumber Daya Manusia Keuskupan Agung Medan (MSDM KAM) dalam hal pengangkatan dan penerbitan Surat Keputusan. “Bila paroki tidak sanggup menggajinya dapat mengajukan permohonan subsidi/tambahan kas”
Mempersiapkan Tupoksi dan Proses Pembekalan
Direktur Eksekutif Tim Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) KAM, RD. Petrus Simarmata mengatakan, pihaknya kini tengah memproses imbauan dari Bapa Uskup perihal Mengangkat Tenaga Pastoral Purna Waktu” di paroki-paroki se-KAM.

“Saat ini kita sedang mencari bentuk, mencari sistem dan desain pembekalan Tenaga Pastoral atau Katekis Purna Waktu. Idenya dan kebijakan sudah ada tertuang dalam surat imbauan tersebut,” tutur Pastor Petrus tatkala diwawancara Menjemaat di ruang kerjanya di Catholic Center KAM.
Imam Projo KAM mengatakan, Tim MSDM KAM pada dasarnya membantu setiap kebijakan Bapa Uskup berjalan baik. “Jadi kita akan eksekusi, apa yang diimbau oleh beliau akan kita jalankan. Akan kita proses dengan perekrutan. Memang dikatakan dalam imbauan Bapa Uskup tersebut, paroki boleh mengusulkan,” katanya.
Selain Surat Apostolik ANTIQUUM MINISTERIUM, Pastor Petrus menjelaskan, paroki-paroki si KAM membutuhkan tenaga pastoral atau katekis purna waktu sebab waktu para pastor banyak tersita untuk pelayanan sakramental. “Akibatnya, waktu para pastor untuk berkatekese sangat kurang. Maka, Katekis purna waktu ini perlu ada untuk membantu para pastor. Terutama dengan adanya aula-aula di paroki maka ini menjadi Training of Trainers (TOT) untuk para katekis di stasi, yang umumnya adalah para pengurus,” katanya. “Di stasi-stasi para katekis itu adalah pengurus Gereja, yang sifatnya voluntir. Namun mereka ada batas periode. Namun, sebaliknya tenaga pastoral purna waktu tidak punya batas periode.”
“Maka, kita masih memikirkan kriteria dan kompetensi yang dibutuhkan. Selain itu juga perlu mempertimbangkan apa saja tupoksi Katekis Purna Waktu di paroki. Maka, setelah diterima nanti, harus dibekali lagi dan diberi panduan untuk mereka (katekis purna waktu), apa yang harus mereka lakukan di paroki masing-masing.”
Imam diosesan asal Silalahi tersebut mengatakan, Tim MSDM KAM diberi tugas untuk proses rekrutmen Katekis Purna Waktu. “Tim MSDM KAM ini akan menjadi sistem perekrutan ‘satu pintu’ sesuai arahan Bapa Uskup. Menurut alurnya, harus ada permintaan atau usulan dari paroki. Semisal, pihak Paroki melihat ada calon tenaga pastoral purna waktu yang dianggap sudah berpotensi, namun belum memiliki kecakapan penuh.”
“Pihak Paroki bisa menyekolahkan ke lembaga seperti Sekolah Tenaga Pastoral. Di KAM, ada STP St. Bonaventura KAM di Delitua. Untuk bekerja nanti kembali ke paroki itu. Atau boleh juga menempuh langkah Sekolah Porhanger yang pernah digalakkan sejak tahun 2009.”
Dia menambahkan, Bapa Uskup dalam pengarahannya, juga menyampaikan bahwa alumni dan alumna STP Delitua harus dipersiapkan menjadi tenaga Katekis selain sebagai guru Agama Katolik.
STP St. Bonaventura KAM: Garda Terdepan Perkembangan Gereja
Dihubungi secara terpisah, Ketua STP St. Bonaventura KAM, Dr. Pulumun Ginting menyampaikan, pihaknya memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas imbauan Bapa Uskup dalam surat perihal “Mengangkat Tenaga Pastoral Purna Waktu” di Paroki-paroki se-KAM.

“STP St. Bonaventura KAM berkomitmen meningkatkan SDM tenaga katekis yang militan dan siap mengabdi melayani Gereja terutama Gereja KAM. Kami menyadari, bahwa katekis siap diutus di tengah-tengah umat yang terinspirasi dari perintah Yesus “Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu,” ujar Bapak Pulumun.
Peningkatkan SDM dengan prioritas pada pembinaan, pendampingan, program dan pelayanan katekis menjadi komitmen STP St. Bonaventura. “Upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kebutuhan tenaga katekis paroki selain peningkatan dalam aspek pengetahuan akademik juga dalam aspek lain yaitu aspek sikap moral karena seorang katekis harus menjadi model, teladan, panutan dan contoh bagi umat yang dilayani,” kata pakar budaya yang menggondol gelar Doktor dari Universitas Udayana (UNUD).
Dia mengimbuhkan, “Selain dua aspek itu ada aspek lain yang juga sangat penting yaitu aspek keterampilan. Seorang katekis harus memiliki skil tentang liturgi praktis, administrasi paroki salah satunya BIDUK, memiliki kemampuan dalam bidang IT, keterampilan dalam menganimasi (liturgi, BIA-BIR dan katekese umat), keterampilan berkomunikasi dan sebagainya sesuai bidang tugas mereka.”
Pulumun mengatakan, STP St. Bonaventura KAM berupaya mengembalikan semangat para lulusan guru agama dan katekis agar mereka lebih memberikan dirinya kepada Gereja sebagai katekis purna waktu baik di paroki, di stasi maupun di lingkungan-lingkungan. Mereka ambil bagian dalam berbagai bidang seperti menjadi seksi-seksi di paroki atau stasi, pengurus Gereja dan lingkungan.
“Kami percaya bahwa STP St. Bonaventura Keuskupan Agung Medan yang merupakan seminari awam sebagai garda terdepan bagi perkembangan Gereja dan terlibat dalam kehidupan moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat” pungkasnya.
Sekolah Porhanger: Pembinaan Pemuka Jemaat Awam
Dalam artikel Sajian Utama yang ditulis oleh Ketua Komisi Kateketik KAM, RP. Octavianus Situngkir OFMCap di Menjemaat edisi November 2009 (scan PDF ada di link ini), ada diulas perihal Gerakan Sekolah Porhanger atau Sekolah Kader Pastoral di KAM. “Sekolah Porhanger semakin kedengaran di antara umat Katolik terutama di antara para pastor dalam dua tahun terakhir (2007) menjelang Sinode V KAM,” tulis Pastor Octav.

“Gagasan mendirikan Sekolah Porhanger diprakarsai para pastor yang berkarya di wilayah Tanah Karo, khususnya Paroki Kabanjahe dan Berastagi. Hal ini dipicu oleh pembicaraan saat sosialisasi SAGKI 2005 dan dua kali pertemuan Evangelisasi Karo di Kabanjahe (Oktober 2006) dan Berastagi (Maret 2007).”
Pastor Octav melanjutkan, hasil dari kedua pertemuan itu dirasakan mendesaknya peningkatan keterampilan, pemahaman dan penghayatan para pengurus Gereja dalam partisipasi mereka mengemban misi Gereja. Atas masukan ini kedua paroki sepakat langsung membuka Sekolah Porhanger dalam kerjasama dengan Trikom (Komisi Liturgi, Komisi Kateketik dan Komisi Kerasulan Kitab Suci). Pembukaan sekolah ini pada Mei 2007, pada Hari Raya Pentakosta.
Katekis Paroki St. Fransiskus Assisi Berastagi, Betlehem Ketaren termasuk salah satu alumnus dari Sekolah Porhanger tersebut. “Satu sisi saya adalah seorang katekis di Paroki Berastagi. dan mulai menjadi tenaga Katekis tetap sejak tahun 2010,” kata Betlehem kepada Menjemaat dalam temu wawancara di Berastagi, baru-baru ini.

Menurut Betlehem, inisiatif program Sekolah Porhanger yang digagas Pastor Leo, karena permintaan dari tokoh awam Katolik, seperti Antoni Bangun (Stasi St. Petrus Batukarang). Di mana dasar pemikirannya, jangankan umat, pengurus Gereja juga masih banyak yang perlu diberi katekese.”
“Melihat program-program paroki sangat gencar untuk pembangunan gereja. Dalam satu rapat pada masa itu. Sekitar tahun 2009, ditanyakan bagaimana nanti nasib gereja ini, kalau selalu fokus dalam hal pembangunan fisik gedung gereja sangat banyak, sementara pembangunan iman manusianya sangat kurang,” katanya tentang dasar gagasan Sekolah Porhanger tersebut.
Dia melanjutkan, menyusul ide Sekolah Porhanger tersebut, maka semua porhanger diminta kesediaannya untuk turut dalam Sekolah Porhanger. “Pada saat itu, saya termasuk porhanger di Stasi Raya. Saya juga diminta ikut. Harus diakui, bahwa saya sangat senang dengan sekolah itu. Dan sekolah ini berjalan dari 2007 hingga 2010.”
Setelah gelombang pertama Sekolah Porhanger lulus, Mgr. Anicetus Sinaga OFMCap (uskup agung Medan kala itu) menyatakan bahwa, “Ini adalah Katekis Purna Waktu. Tidak bergantung dari periode. Pakai di setiap paroki, karena mereka sudah siap menjadi mitra pastor.” Demikian kata Betlehem, menirukan ucapan Mgr. Anicetus, dalam acara syukuran kelulusan Sekolah Porhanger yang pertama.
“Jadi, Pastor Ignas benar-benar mengumpulkan, kemudian sharing untuk membuat program bersama-sama. Saat itu kami ada sekitar 48 orang yang tamat Sekolah Porhanger dari beberapa paroki di sekitar Kabanjahe. Sekolah itu sendiri dirancang untuk membina pengurus Gereja di sekitar Kabanjahe. Jadi termasuk Paroki Berastagi, SPM dan SPP.”
Menurut Betlehem, Mgr. Anicetus sungguh menaruh perhatian bagi para Katekis alumni Sekolah Porhanger ini. “Mau dikemanakan mereka ini nanti? Jadi beliau memikirkan bahwa sebaiknya diarahkan sebagai Katekis purna waktu, tanpa dibatasi periode.”
Dalam kontak terpisah melalui pesan seluler, Pastor Paroki Sta. Monika Tiganderket, RP. Evangelis Pardede OFMCap turut mengamini pentingnya pembinaan pemuka jemaat awam, guna peningkatan mutu iman umat.

Pendapat tersebut seturut pengalamannya selaku Parokus di Tiganderket. “Hal ini juga yang kami sadari di Paroki Sta. Monika Tiganderket. Daerah pelayanan paroki ini, sebelumnya kurang mendapat perhatian dalam hal pelayanan dan pembinaan karena daerah paroki ini cukup jauh dari pusat paroki yang sebelumnya yaitu SPM dan SPP,” terangnya dalam pesan seluler kepada Menjemaat.
“Dengan minimnya pembinaan yang diterima umat, kami menemukan bahwa masih ada stasi/umat yang tidak melaksanakan perayaan-perayaan penting seperti Pekan Suci. Juga masih ditemukan di mana umat belum memahami imannya. Hal-hal sederhanapun kadang tidak dimengerti oleh umat. Juga minat untuk ke gereja masih minim demikian juga ke doa lingkungan,” imbuh Pastor Evan.
Menghadapi kondisi tersebut, Pastor Evan mengatakan, pihak menyiasati dengan beberapa upaya. “Pertama yang dilakukan oleh paroki ialah menggalakkan pembinaan pengurus. Pembinaan pengurus Gereja dilaksanakan di paroki dan di rayon-rayon dengan melibatkan komisi dari KAM.”
“Kedua paroki juga membentuk “tim katekis” yang terdiri dari 5 seksi (seksi Kitab suci, Seksi Katekese, Seksi Liturgi, Seksi Evangelisasi. dan seksi Keluarga). Mereka dibagi menjadi 8 Tim di tambah 1 tim dari DPPH. Tim inilah yang turun langsung ke stasi dan lingkungan untuk berkatekese,” ujar Imam Kapusin tersebut.
Upaya ketiga, imbuhnya, Paroki Tiganderket juga meminta komisi Evangelisasi KAM untuk melakukan pembinaan ke stasi tertentu dengan model kursus. Keempat, mengisi kegiatan sermon-sermon dengan bahan katekese singkat (empat kali setahun).
Meski demikian, Pastor Evan tetap berharap agar KAM menggalakkan lagi pembinaan untuk umat dengan model yang sudah pernah berjalan, seperti Sekolah Porhanger. “Selain itu, lembaga pendidikan Tenaga Katekis juga perlu meningkatkan mutu serta citarasa berpastoral bagi anak didiknya. Di keuskupan kita ada sekolah STP tetapi semangat berpastoralnya masih jauh dari apa yang kita harapkan. Ini saya alami selama 6 tahun mendampingi anak STP yang KKN di paroki ini,” terangnya.
( Reportase: Ananta Bangun | editor: RD. M. Marihot Simanjuntak )