Yovita Sitepu. “Dulu Ngejar, Sekarang Dikejar”


Yovita Sitepu, merupakan sosok lincah dan penyuka humor. Sebagai ganjarannya, selama bincang dengan majalah Menjemaat, gelak tawa Jo (nama sapaannya) kerap dihiasi lesung yang menyembul di pipi kirinya. Bila mengetahui profesinya sebagai dosen Jurusan Komunikasi di Universitas Sumatera Utara (USU), siapa menyangka wanita Karo kelahiran Jambi ini pernah mengenyam pengalaman sebagai jurnalis media gereja.

“Saya cukup panik ketika mendapat undangan wawancara dari majalah Menjemaat. Jadi teringat masa-masa ketika menjadi wartawan majalah Komunikasi milik Keuskupan Bandung,” papar putri dari pasangan Jasa Sitepu dan Asmaria br Bangun ini dengan sedikit logat Sunda. “Jika dulu saya sering ngejar-ngejar narasumber buat diliput berita. Nah, sekarang sebaliknya. Saya yang dikejar-kejar.”

Namun, Jo merasa tidak asing dengan majalah Menjemaat. Dia mengisahkan, dulu kerap mendapat bundel majalah binaan Komisi Komsos KAM ini via almarhum Romo Heri Kartono OSC. “Sewaktu di majalah Komunikasi saya digembleng dan dipimpin oleh Romo HK. Nah, ketika beliau memimpin Menjemaat, saya sering dapat kiriman majalah ini. Via Menjemaat, saya bisa tahu kabar dan kegiatan Gereja Katolik di Medan, Sumatera Utara.”

Lahir dan mengenyam pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas di Jambi, Jo memulai petualangannya dengan mengambil jurusan Komunikasi di Universitas Parahyangan pada tahun 1999 hingga 2004. “Sejak awal kuliah, saya punya tekad ingin menjadi wartawan. Jadi saya putuskan mencari pengalaman kerja di majalah Komunikasi yang memang senada dengan jurusan kuliah,” aku Jo seraya menambahkan visi pengabdian di awak redaksi tersebut guna mendekatkan dirinya dengan Gereja Katolik juga.

Kegiatan dalam Gereja Katolik juga mempertemukannya dengan sang suami, Rahdem Karolus Depari. “Petermuan pertama kami ketika abang (sang suami) menjalani Sakramen Krisma di GeMa atau Gereja Mahasiswa di Bandung. Lalu kami pacaran setahun dan langsung menikah. Bagi saya, bisa menemukan teman hidup yang seiman dan sesuku di Jawa adalah suatu anugerah,” ujarnya.

Selepas menggondol gelar Sarjana Komunikasi, Jo sempat mengabdi di Rumah Sakit Colombia di Jambi pada tahun 2005. Namun, itu tak berlangsung lama. Pada April 2009, dia diboyong suami ke kota Medan. Namun, sebelumnya dia sempat kembali ke pulau Jawa, guna mengenyam kuliah pascasarjana mulai tahun 2008. Gelar Master Komunikasi Public Relations dari Universitas Indonesia, pun akhirnya dia rengkuh pada 2010. Bekal inilah yang mengantarnya sebagai salah satu dosen Jurusan Komunikasi USU kini.

“Mungkin banyak yang memandang sebelah mata pengalaman sebagai Jurnalis di media Gereja. Namun, bagi saya justru sebaliknya. Kemampuan meliput kegiatan rutin Gereja untuk menjadi tulisan feature yang menarik akan menempah keahlian jurnalistik kita. Yakni, mencari sisi menarik dari sebuah event yang kerap digelar,” Jo menjelaskan.

Jo juga tidak mengesampingkan figur Pastor Heri Kartono dalam membentuk pengalaman jurnalistiknya. “Bagi saya Romo Heri adalah guru dan inspirasi. Meski sering menegur dengan humor yang nyelekit. Tapi pengalaman digembleng beliau adalah hal berharga bagi saya,” katanya.

Yovita mengaku masih menyimpan sejumlah bundel majalah Komunikasi yang memuat liputannya. “Majalah itu bisa ngingetin saya tentang pengalaman saat meliput figur Katolik seperti Mayong Suryolaksono atau Susi Susanti. Bahkan pengalaman lucu seperti kesasar jauh saat hendak meliput Gereja Paroki Kuningan,” ujar Jo.

Putri kedua dari tiga bersaudara ini masih meluangkan waktu untuk ‘merasul’ dalam bentuk kegiatan lain. Di sela waktunya, Jo sering berbagi pengetahuan dan keceriaan dengan anak-anak Panti Asuhan dan para manula di Panti Wreda di kota Medan. “Dengan pelayanan berbagi kasih, saya mengingatkan diri saya sendiri akan anugerah dan petualangan indah yang saya jalani dalam hidup ini,” ucap Jo dengan senyum khasnya.

(Ananta Bangun) // artikel ini ditulis untuk majalah Menjemaat edisi Mei 2014. Artikel dalam blog ini, telah disunting seperlunya.

6 thoughts on “Yovita Sitepu. “Dulu Ngejar, Sekarang Dikejar”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.