
Artikel blog ini dimaksudkan sebagai arsip karya film pendek “Pastorku, Idolaku”. Film pendek ini akan dimuat dalam channel Facebook dan Youtube milik Komisi Komsos KAM.
:: Tema
Menumbuhkan Benih Panggilan sebagai Imam, Biarawan/ Biarawati
:: Tujuan
Untuk kampanye program kerja Fokus Pastoral Keuskupan Agung Medan di tahun 2022 “Keluarga Sumber Panggilan”
:: Pesan yang mau disampaikan
Pastorku, Gembala yang Baik Hati!
:: Premis
Seorang anak kecil membenci sosok Pastor, namun berubah drastis saat makin mengenali sang Gembala yang baik hati.
:: Sinopsis Pendek
Agus seorang anak kecil yang membenci sosok Pastor, karena ayam kesayangannya jadi tumbal buat suguhan menyambut kunjungan sang Imam di rumahnya.
Agus melakukan perbuatan yang tidak baik, agar Pastor jera untuk menyambangi rumahnya lagi.
Meski jadi korban ulah Agus, namun Pastor ternyata memaafkannya dan meminta orangtuanya tidak memarahi si anak, yang membuat Agus terharu dengan kebaikan sang Gembala.
:: Sinopsis Panjang
Agus adalah anak kecil pencinta binatang, terutama ayam. Semua hewan peliharaannya itu dia beri nama, dan rajin diberi makan setiap sebelum dan sepulang dari sekolah. Namun, pada suatu hari salah satu ayam kesayangannya disembelih dan dimasak orangtuanya, sebagai suguhan bagi Pastor yang hendak mereciki rumah mereka.
Agus mengamuk saat mendapati ayamnya sudah terhampar di meja makan, dan merasa benci dengan sosok Pastor. Dia pun berlari meninggalkan kedua orangtuanya yang keheranan. Di halaman luar rumahnya, Agus masih menggerutu marah. Kemudian muncul niat jahat dalam lubuk hatinya. Dia ingin membuat Pastor celaka, supaya jera untuk singgah ke rumah mereka. Pandangan matanya tertumbuk pada beberapa paku bekas dan balok kecil dekat halaman rumahnya.
Saat melihat sepeda motor Pastor dari kejauhan, Agus menyembunyikan jebakan tersebut di jalan setapak menuju gang rumahnya. Setelah merasa semua beres, dia pun kembali ke rumah, dan pura-pura tidur di dalam kamarnya. Dari ruang kamar itu, Agus mendengar suara sepeda motor terjatuh diiringi rintihan kesakitan serta jeritan mamak dan bapaknya.
Bukannya merasa senang, Agus malah ketakutan. Dia khawatir jika Pastor tersebut menderita parah, apalagi sampai meninggal. Setelah beberapa jam, Agus mendapati hanya mamaknya di ruang tengah dengan wajah cemas. Sementara bapaknya tidak terlihat. Dia pun memberanikan diri untuk bertanya tentang peristiwa yang baru terjadi. Mamaknya menjawab, bahwa Pastor terluka parah karena sepeda motornya terkena paku dekat halaman rumah mereka. Bapaknya dan beberapa umat telah mengantar pulang si Pastor ke Pastoran. Mamak Agus mengimbuhkan, sore ini mereka akan menjenguk Pastor sembari membawa makanan yang telah dimasak tersebut.
Mendengar itu, Agus semakin ketakutan. Dan ketika tiba di Pastoran, Agus merasa sangat bersalah saat melihat Pastor terduduk lemah dengan kaki diperban. Karena tak mampu menahan diri, Agus pun tersungkur meminta maaf kepada Pastor dengan berlinang air mata. Dia pun mengaku telah membuat jebakan paku, serta menceritakan alasan dirinya melakukan hal tersebut. Wajah kedua orangtua Agus pun ikut ketakutan menantikan reaksi Pastor.
Pastor bukannya marah, malah tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan dan cerita Agus. Dia pun memaafkan Agus, dan menasehatinya agar tak berbuat yang demikian lagi. Pastor mengatakan cedera yang dialaminya tak begitu parah. Dia juga berjanji tak akan meminta orangtua Agus memasak ayam kesayangan Agus untuk hidangan bagi para Pastor.
Pastor kemudian mengambil seekor ayam pelihaarannya dari pastoran sebagai ganti ayam Agus. Menerima maaf, nasehat, bahkan ayam pengganti peliharaannya, Agus merasa malu dan muncul rasa kagum akan Sang Gembala yang baik hati. Ketika akan menerima berkat dari Pastor, dia meminta didoakan agar kelak bisa menjadi sosok Imam yang baik hati seperti Pastor tersebut. Mendengar itu, mereka semua pun tertawa gembira.
SELESAI.
:: TREATMENT
Scene 1
Agus memberi makan ayam peliharaannya di belakang rumah. Dari dapur, mamaknya mengingatkan Agus segera berangkat agar tak terlambat ke sekolah. Agus mengiyakan perintah mamaknya, dan sebelum mengenakan tas sekolah, dia menyapa ayam-ayamnya dengan nama-nama yang dia beri.
Scene 2
Tak lama setelah Agus pergi, Bapak mengatakan pada Mamak bahwa Pastor akan datang mereciki rumah umat hari ini. Dan jadwal di rumah mereka adalah pada siang hari. Bapak meminta Mamak agar memasak makanan lezat untuk makan siang Pastor di rumah mereka.
Scene 3
Lonceng sekolah tanda pulang berbunyi. Agus tampak buru-buru memasukkan buku ke dalam tasnya. Teman sebangkunya, merasa heran, bertanya kenapa Agus tampak tergesa-gesa. Agus pun menjawab, bahwa tadi dia mendengar dari guru Agama Katolik bahwa hari ini ada jadwal perecikan rumah, dan kabarnya Pastor akan singgah makan siang di rumahnya. Tanpa penjelasan tambahan, Agus pun berlari kencang ke luar ruangan kelas. Teman sebangkunya hanya bisa melongo keheranan.
Scene 4
Dengan nafas terengah-engah Agus memasuki halaman rumah, dan langsung menuju kandang ayamnya. Matanya terbelalak, ketika mendapati ayamnya berkurang satu. Agus pun menuju dapur, di situ dia melihat Mamaknya baru saja menutup meja makan dengan tudung saji. Mamak melihat Agus, segera menyuruhnya berganti pakaian, sebab tak lama lagi mereka akan makan siang bersama Pastor.
Agus kemudian bertanya, apakah masakan yang dibuat untuk Pastor adalah salah satu ayam peliharaannya. Mamak pun membenarkan. Agus pun berteriak marah, dan berlari ke luar rumah.
Scene 5
Di halaman depan rumah, Agus masih berteriak marah. Dia merasa sangat benci pada Pastor, karena kedatangannya salah satu ayamnya jadi tumbal.
Agus pun membuat rencana jahat untuk mencelakai Pastor. Dia ingin Pastor merasa kapok jika mampir ke rumahnya, dengan demikian tak ada lagi ayam peliharaanya yang menjadi korban.
Ketika memikirkan rencana itu, pandangan Agus tertumbuk pada beberapa paku bekas dan satu balok kecil. Agus pun memungut benda-benda itu serta sebongkah batu, dan bergegas menuju jalan setapak depan halaman rumahnya.
Scene 6
Dari kejauhan, Agus melihat Pastor mengendarai sepeda motor menuju ke rumahnya. Dengan terburu-buru, Agus menutupi jebakan paku dengan tanah. Setelah merasa beres, Agus pun kembali ke rumah, dan langsung masuk ke kamarnya, pura-pura tidur.
Scene 7
Di dalam kamar, Agus mendengar suara sepeda motor terjatuh diiringi rintihan kesakitan serta jeritan mamak dan bapaknya. Mendengar itu, Agus merasa ketakutan. Dia khawatir jika Pastor tersebut menderita parah, apalagi sampai meninggal. Pelan-pelan, Agus beringsut ke luar dari kamarnya.
Scene 8
Setelah beberapa jam, Agus mendapati hanya mamaknya di ruang tengah dengan wajah cemas. Sementara bapaknya tidak terlihat. Dia pun memberanikan diri untuk bertanya tentang peristiwa yang baru terjadi. Mamaknya menjawab, bahwa Pastor terluka parah karena sepeda motornya terkena paku dekat halaman rumah mereka. Bapaknya dan beberapa umat telah mengantar pulang si Pastor ke Pastoran.
Mamak Agus mengatakan, sore ini mereka akan menjenguk Pastor sembari membawa makanan yang telah dimasak tersebut. Mendengar ucapan Mamaknya, Agus pun kaget dan semakin ketakutan.
Scene 9
Tiba di Pastoran, Agus merasa sangat bersalah saat melihat Pastor terduduk lemah dengan kaki diperban. Karena tak mampu menahan diri, Agus pun tersungkur meminta maaf kepada Pastor dengan berlinang air mata. Dia pun mengaku telah membuat jebakan paku, serta menceritakan alasan dirinya melakukan hal tersebut. Wajah kedua orangtua Agus pun ikut ketakutan menantikan reaksi Pastor.
Pastor bukannya marah, malah tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan dan cerita Agus. Dia pun memaafkan Agus, dan menasehatinya agar tak berbuat yang demikian lagi. Pastor mengatakan cedera yang dialaminya tak begitu parah. Dia juga berjanji tak akan meminta orangtua Agus memasak ayam kesayangan Agus untuk hidangan bagi para Pastor.
Scene 10
Pastor kemudian mengambil seekor ayam pelihaarannya dari pastoran sebagai ganti ayam Agus.
Di teras Pastoran, Pastor lalu memberikan ayam tersebut kepada Agus. Agus pun merasa malu dan muncul rasa kagum akan Sang Gembala yang baik hati.
Sebelum pulang, kedua orangtua Agus meminta Pastor untuk mendoakan dan memberikati keluarga mereka. Ketika akan menerima berkat dari Pastor, Agus meminta didoakan agar kelak bisa menjadi sosok Imam yang baik hati seperti Pastor tersebut. Mendengar itu, mereka semua pun tertawa gembira.
TAMAT




:: CATATAN
Setelah riset di tempat syuting, terjadi penyesuaian nama agar selaras dengan tempat perekaman. Yakni, nama pemeran utama ‘Agus’ diubah menjadi ‘Brema’; dan nama ayam ‘Kukuk’ diubah menjadi ‘Bugan’.
Seluruh naskah dikerjakan oleh
KELOMPOK 2 (KEUSKUPAN AGUNG MEDAN)
DALAM PELATIHAN MENULIS NASKAH FILM PENDEK



keterangan foto dari kiri ke kanan: Ananta Bangun (bersama Istri, Eva Barus); Eko Saputra, dan Maria Sophia