Di Balik Layar Misa Live Streaming KAM (Awal Mula, Tantangan dan Pembenahan)


Dari sekeping layar, mata kita menatap keajegan atau kesesuaian. Rupa dan tingkah laku sudah selayaknya pas bagi banyak mata yang menatapnya. Wanita molek dengan senyum mempesona. Atau anjing yang tampak lembut dan penurut. Dan boleh juga ritual ibadah yang khusuk nan menggetarkan jiwa.

Layar yang dulu hanya dominan di perangkat televisi, mulai menjalar ke gawai. Jika di televisi, pujian dan gerutuan sulit dialamatkan ke para pelaku di layar itu, maka kini Internet memudahkannya. Kadang bagai bakteri, ada cacian yang lolos melekat di kolom komentar itu.

Demikian lah ketika Anda menatap misa live streaming Keuskupan Agung Medan dari layar. Tak ada tampak kabel berseliweran laiknya ular tengah bercumbu. Tak diketahui juga kepanikan tim saat salah satu (kadang lebih) alat rusak.

Dan sulit diketahui para tim tersebut tengah mempertaruhkan nyawa dalam kegiatan ini. “Apakah dia tak sedang terjangkit Covid-19? Bagaimana jika iya, dan aku pun ikut membawa virus jahanam itu ke keluargaku?” Begitulah kira-kira monolog di relung hati masing-masing insan dalam tim ini.

Lebih setahun program ini telah berjalan, dan suasana, kelengkapan serta cara kerja program ini tak banyak berubah dibandingkan saat pertama kali digelar. Misi utama, ketika itu, adalah urgensi pelaksanaan misa serta meneguhkan hati setiap umat yang kalut akan cengkeraman pandemi. Singkat kata, agenda darurat!

Setiap insan di balik layar misa live streaming ini tentu punya cerita dan harapan. Mereka bergelut dengan dunia media, namun lucunya tak memiliki kesempatan untuk menyuarakan cerita dan harapan itu di medianya. Dan, bagaimana dengan umat KAM yang juga hendak memberi apresiasi hingga masukan untuk pelaku di balik layar program itu? Edisi ini menjadi wadahnya.

***

Tepatnya pada Sabtu (21 Maret 2020), Keuskupan Agung Medan (KAM) membuat kebijakan penayangan misa secara live streaming. Ini sesuai arahan dalam surat resmi Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung OFM Cap yang menyatakan Misa Mingguan dan Misa Harian disiarkan online. Mulanya kebijakan tersebut dibuat untuk jangka waktu satu pekan saja.

“Acara Misa dengan live streaming ini akan diselenggarakan di Catholic Center KAM yang dipimpin langsung oleh yang mulia Uskup Mgr Kornelius Sipayung. Penyiarannya ditangani oleh Radio Maria Indonesia dan Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KAM,” kata Frans Simbolon, Audio Engineer dan Teknik Frekwensi Rendah di Radio Maria Indonesia (RMI) kepada media Tribun-medan.com.

Siaran misa live streaming KAM perdana dipimpin oleh Pastor Harold Harian OFM Cap. Staf pegawai Komsos KAM, Jansudin Saragih mengatakan, umat yang akan ikut misa live streaming KAM (dalam studio) tersebut diupayakan hanya biarawati atau suster dan sesedikit mungkin awam.

Frans Simbolon, yang juga menjabat supervisor Teknisi Radio Maria lingkup Asia dan Oceania, mengatakan, surat resmi Uskup Agung Medan perihal streaming misa harian KAM, pada mulanya hanya menunjuk RMI sebagai pelaksana. “Menurut saya, misa streaming di radio merupakan hal biasa. Karena RMI sudah kerap menyiarkan misa hari Minggu di Paroki St. Antonius Padua Hayam Wuruk,” terangnya kepada Menjemaat.

“Namun setelah saya perhatikan ternyata seluruh umat akan mengandalkan media ini sebagai satu-satunya wadah untuk Ekaristi. RMI kemudian mengajak Komsos (melalui staf pegawai Komsos KAM, Jansudin Saragih),” imbuh Frans. “Pikir saya, kenapa tidak? Komsos KAM bisa menangani perangkat video dan RMI melengkapi fitur audio-nya.”

Jansudin mengatakan, alasan moral menjadi landasan Komisi Komsos KAM untuk mendukung pelaksanaan misa live streaming KAM ini. “Kami di Komsos KAM paham sedikit banyaknya mengenai multimedia.  Sehingga, kami juga ingin  berkontribusi bagi umat terlebih pada masa “peniadaan misa di Gereja”.”

Direktur Program RMI, Pastor Redemptus Simamora OFM Cap menilai, penyiaran misa live streaming KAM benar-benar dibutuhkan sejak pandemi Covid-19 melanda. “Bagi RMI sendiri, kita sudah memiliki prinsip: “Satu orang pun bisa mendengar/ mengikuti itu sudah menjadi berkat.” Terlebih ketika di masa penuh ancaman bahaya dan tekanan ekonomi ini, jiwa umat tentu mendambakan kedekatan dengan Tuhan. Apalagi setiap misa live streaming ini, kita juga mendaraskan Doa Perlindungan dari Corona Virus,” tuturnya kepada Menjemaat.

Menurut Imam Kapusin, adanya layanan intensi dalam misa live streaming KAM juga sangat disenangi umat. “Mereka bisa memohon doa atas arwah sanak saudara yang tiada, mohon peneguhan iman atau bahkan sukacita merayakan ulang tahun,” kata Pastor pendiri Magnificat Choir KAM ini.

Frans sendiri mengalami langsung berkat dari adanya layanan misa live streaming KAM ini. “Orangtua saya tidak bisa beribadah karena gereja ditutup, bahkan ketika Pekan Suci tahun lalu pun tak bisa. Maka bagi saya pribadi, pelaksanaan Misa Live Streaming ini menyelamatkan. Bapak dan Ibu saya mengatakan, untung lah ada misa live streaming ini, karena saya tetap bisa mendengarkan khotbah Pastor ketika kami semua harus di rumah sejak masa lockdown.”

Komitmen untuk Melayani Umat

Personil RMI dan Komisi Komsos KAM yang terlibat dalam penyiaran misa live streaming KAM mengaku telah masuk rutinitas baru, sejak program ini dilaksanakan. “Rutinitas baru sejak terlibat dalam Misa Live Streaming ini, kami selalu pulang jam delapan malam. Tentu tenaga dan perhatian yang telah terkuras buat pelaksanaan streaming, harus tetap dikerahkan juga untuk menyelesaikan tugas di rumah,” kata Frans dan Istrinya, Kristin Ratnasari di ruang studio Catholic Center KAM, Rabu (14 Juli 2021).

Keterlibatan Kristin, ujar Pastor Redemptus untuk mengisi peran organis agar tayangan misa lebih hidup. “Kita patut memberi apresiasi kepada pasutri Frans-Kristin yang bersedia memberi diri dan hati untuk program misa live streaming ini. Demikian juga apresiasi bagi para Suster KSSY, yang selalu siap mendukung acara ini, baik sebagai umat dan petugas liturgi.”

Pegawai Komisi Komsos KAM juga banyak belajar hal baru dalam program misa live streaming ini, terutama dalam hal pemberdayaan kamera dan komputer. “Puji Tuhan, empat staf pegawai Komsos KAM bergantian saling mengisi tugas sebagai operator kamera dan komputer,” ujar Jansudin, seraya menjelaskan bahwa mulanya hanya ada satu kamera yang digunakan di masa awal misa live streaming KAM.

Perasaan takut tentu juga menyelimuti benak setiap insan di balik layar misa live streaming KAM. Frans tak menutupi mengalaminya, terutama di masa-masa awal pandemi covid-19. “Rasa takut itu ada dan wajar. Nah, bagaimana menyiasati beban tersebut? Satu-satunya cara adalah menghidupi komitmen ini. Tim ini melakukan karya pelayanan untuk orang banyak. Karena banyak orang membutuhkan ini. Itu saja!”

Bagi personil Komsos KAM, mengatasi rasa takut tertular Covid-19 bukan hal mudah. “Apalagi di awal masa pembatasan sosial. Jalanan sepi, orang berlindung di rumah masing-masing, sementara kami harus menyiarkan secara langsung setiap hari. Apalagi awalnya itu, Misa Live Streaming diadakan dua kali sehari. Pukul 06.00 Pagi dan sore hari pukul 18.00 WIB,” kata Jansudin.

Jansudin mengatakan, pihak Komisi Komsos KAM kemudian coba mengatasi kekuatiran terpapar covid-19 dengan asupan makanan sehat dan vitamin tambahan. “Sementara dari sisi mental, kami banyak bersyukur ketika umat mengikuti acara dengan rasa nyaman dan turut menghidupi.  Saya bersyukur juga, kala banyak orang tidak bisa menyambut komuni secara langsung, malah kami bisa menyambutnya.”

Keterikatan untuk memantau dan memastikan program live streaming juga tersemat di pundak Pastor Redemptus. “Saya selalu terikat. Tak bisa kemana-mana. Semisal, famili pastor meninggal atau ada kaul kekal. Saya tak bisa bergerak. Saya hampir tak pernah ke luar kota. Jika pun ada, saya harus cepatk Kembali ke studio. Karena tanggung jawab atas program ini.”

Pada masa awal program kerja ini, Pastor Redemptus masih dibantu sejumlah Imam di kota Medan untuk memimpin misa harian dan hari Minggu. Namun, kini tinggal dirinya bersama Pastor Gindo Saragih OFM Conv dan Pastor Dani Serafin OSC yang bergantian mengisi peran tersebut. “Hampir setiap hari saya harus mempersiapkan khotbah untuk program kerja ini. Itu selain kegiatan Katekese di RMI, dan terbaru turut juga dalam program podcast untuk Youtube kami.”

Berbenah Lebih Baik bagi Umat KAM

Benedicta Lamria Siregar, kepada Menjemaat mengakui dirinya sekeluarga kerap mengikuti misa live streaming dari kanal di luar KAM. “Lebih sering di kanal Paroki Alam Sutra (Keuskupan Agung Jakarta),” ucapnya kala dihubungi via ponsel. Menurutnya, ada beberapa alasan keluarganya memilih kanal tersebut. “Paling utama adalah karena misa tersebut benar-benar diadakan di dalam gereja. Sehingga, lebih mudah untuk menghayatinya. Selain itu layar juga tidak dominan diisi banner. Semisal permohonan kolekte secara online, ditampilkan hanya sejenak saja,” kata umat Paroki Padang Bulan, seraya menekankan hendaknya misa live streaming KAM hendaknya terinspirasi dengan kanal tersebut.

Tantangan untuk membenahi misa live streaming KAM juga sudah disadari para penggawa dari RMI dan Komsos KAM. “Pada masa pertama, saya dan Jansudin mengatur penggunaan setiap perlengkapan agar pelaksanaan Misa Live Streaming KAM ini bisa berjalan baik. Memang secara liturgis, pelaksanaan Misa Live Streaming KAM ini banyak kesalahan. Namun, sejauh ini, kami sudah berupaya melakukan yang terbaik,” terang Frans.

Jansudin sendiri tak menampik, tantangan penyelenggara misa live streaming KAM lebih banyak seputar hal teknis. “Diantaranya seperti kamera/ gambar yang tiba-tiba hitam, kamera putus sinyal dari komputer. Streaming yang tiba-tiba berhenti, putus koneksi. Suara yang tidak kedengaran oleh audiens, dan komputer hang.  Belum lagi menyebut, telepon dan komentar pedas apabila siaran  misa tidak berjalan dengan baik,” imbuhnya.

Bila keadaan memungkinkan, Frans berharap kehadiran lebih banyak Imam untuk memimpin misa live streaming KAM tentu akan memberi warna baru. “Sebagaimana pernah dibuat oleh Pastor Vikep Medan, Pastor Benno Ola Tage pada tahun lalu. Di samping itu, kami juga rindu kehadiran Bapa Uskup Mgr. Kornelius Sipayung OFM Cap untuk turut memimpin misa hari Minggu,” usul Frans yang senada dengan masukan Pastor Redemptus.

Jansudin menilai pembenahan misa live streaming KAM paling urgen adalah Kerjasama seluruh pemangku kepentingan agar Misa Harian dan Minggu ini bisa dimiliki/ diakses seluruh umat KAM. “Secara teknis bisa saja ada penambahan atau perbaikan latar altar, dan lainya. Namun, saya kira masukan lebih penting adalah mengupayakan sedari awal bahwa misa online untuk memenuhi kerinduan umat untuk mendengar firman Tuhan, meyaksikan dan mengikuti perayaan Ekaristi, meski tidak bisa menyambut komuni secara langsung.

Komsos KAM, kata Jansudin, berharap agar teknologi komunikasi sosial bisa diadopsi untuk pastoral gerejani. “Ada banyak peluang pewartaan, pengajaran dan persaudaraan yang ditawarkan teknologi komunikasi sosial yang perlu digarap lebih beragam lagi. Saya kira masa pandemi ini, semakin banyak umat/ Imam menyadari manfaat atau potensi tersebut sehingga kreatifitas dalam pelayanan semakin meningkat.”

“Demikian pula hendaknya katekese mengenai pentingnya misa online perlu ditingkatkan, agar tidak terjadi kesalahpahaman umat. Sebagian menganggap penting, sebagian menganggap tidak penting. Nah barangkali, katekese yang baik bisa mendorong umat untuk menyerap sisi positif misa live streaming KAM di masa darurat ini  dan mengabaikan sisi negatifnya,” pungkas ayah dua anak tersebut.

Laporan: Ananta Bangun | dimuat sebagai Sajian Utama di majalah Menjemaat edisi Agustus 2021

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.