
Sepertinya sungguh lama jarak waktu untuk kelanjutan tulisan ini. Semoga bisa dilanjutkan dengan teratur.
Aku sengaja membuatnya seringkas mungkin per catatan, agar mudah menyerap dan memahaminya.
Aku kira membaca adalah bagian dari hidup manusia. Penemuan huruf lah yang mencipatakan masa ‘sejarah’. Sebelum mengenal huruf/ tanda baca lazim disebut ‘pra sejarah’.
Membaca tulisan sama dengan merawat sejarah itu sendiri. Mari perhatikan, sejarah mana yang terpelihara dengan cara ‘lisan’ atau ‘omongan’. Jika pun masih ada, besar kemungkinan sudah berubah-ubah.
Di ranah Gereja Kristen sendiri, tanpa adanya Alkitab, tentu sungguh sulit mewartakan sabda Allah. Bagaimana para misionaris dahulu mendorong umat agar takzim membaca Kitab Suci? Bagaimana jika menyerah dan berujar dengan sesamanya: “Umatu di sini tak punya minat baca”?