Pada Mulanya adalah Niat, dan Terciptalah ‘e-book’


Syahdan, Pater Hubertus Lidi OSC — mantan pimpinanku di Komisi Komsos KAM — menyampaikan niatnya agar beberapa karya tulis kami, baik di majalah Menjemaat hingga majalah online Lentera, diterbitkan sebagai buku cetak.

Aku tentu saja senang, karena bisa menambah daftar buku ceotak yang kutulis. Sejauh ini, masih hitungan jari. Maka, sejak tahun lalu, kami saling kontak dengan penerbit Bina Media.

Apa daya, pandemi virus covid-19 turut menjegal harapan agar buku ini bisa dicetak dengan dukungan pihak penerbit. Karena keadaan itu, terbersit gagasan: bagaimana jika dikemas sebagai buku elektronik (e-book)?

Sahabatku, Vinsensius Sitepu, menyambut ide itu. Kebetulan, dalam e-book ku “Menulis di Atas Pasir” juga diterbitkan berkat kemurahan hatinya. Dan memang, sebagian besar naskah dari e-book pertama itu yang juga disalin ke e-book bersama Pater Hubert, dengan judul “Merajut Ide pada Lembaran Datar.

Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi buku

Kiat “menulis buku secara keroyokan” pertama kali kutahu saat pelatihan dibimbing bapa Budi Sutedjo — pendiri Indonesia Menulis.

Itu sebuah pencerahan perihal bagaimana memulai agar berani menulis dan menerbitkan buku. Dia sendiri menunjukkan beberapa karya buku dari hasil keroyokan peserta training diasuhnya.

Aku beruntung, dalam pengerjaan e-book Merajut Ide pada Lembaran Datar bisa tandem dengan Pater Hubert. Beliau sudah berhasil menerbitkan buku. Beberapa di antaranya bahkan karya novel.

Dan ternyata kepingan naskah yang kami tulis buat majalah Menjemaat dan majalah online Lentera, kelak bisa direkat sebagai karya buku. Yang membuatku teringat nasihat sepuh: “sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit”. Mantra yang umumnya disemat agar rajin menabung uang, bisa juga dilekatkan pada niat menulis buku.

Aku kira, buku ini merupakan perjuangan kami untuk ‘merdeka’. Melawan musuh paling berat, yakni: DIRI SENDIRI. Bergulat dengan ketidakyakinan, kecemasan dan pikiran buruk lainnnya. [Dalam tulisan blog terpisah, aku ingin menuliskan perihal ini]

Tentu saja karya e-book amat jauh dari sempurna. Tapi tak ada menanti hingga kesempurnaan itu jadi. Biarlah semakin banyak kritikan dan masukan yang akan membentuknya menjadi lebih baik lagi.

Untuk saat ini, e-book tersebut bak sebuah secarik pengingat. Bahwa setiap penciptaan bermula dari niat. Tiada yang kebetulan.

Salam!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.