Sudah lebih dua bulan pandemi Covid-19 melanda di negeriku, ada beberapa pengalaman berganti seperti sejumlah lagu di pita kaset. Dari lagu horor (karena takut kehilangan nyawa), kemudian lagu hore-hore (karena ketemu mainan baru bernama Adobe Premiere buat edit video, dan anjing piaraan bernama Zola), hingga lagu comfort zone (karena belum ada tanda-tanda bisa kembangkan potensi ke lapangan seperti masa silam – maksudnya, sebelum wabah Covid-19).
Pada Mei 2020 lalu, tatkala Medan seperti kota hantu sebab banyak gedung dan rumah tutup, aku dan rekan sekerja masih menerabas jalanan. Ada karya misa live streaming yang dipandang baik sebagai selingan peneguh iman di tengah kondisi karantina.
Aku sendiri merasa bersyukur masih bisa diberi kesempatan hal baru di dunia audio visual ini. Banyak hal yang bisa kupelajari, bahkan ketika diminta untuk membantu pembuatan video Ibadah Minggu Gembira bagi Sekami atau anak-anak dan remaja Katolik se-Keuskupan Agung Medan.
Sukacita bertambah ketika teman Istriku berkenan agar kami mengadopsi satu anak piaraannya, dan kami beri nama Zola. Malam pertama, Zola menangis melengking karena merasa asing tak bersama ayah, ibu dan saudaranya. Huehehehehe. Untunglah di malam kedua, dia sudah mulai nyaman dan senang bermain bersama kami sekeluarga: Istriku, Nova dan Vinny.
Namun, di tengah kegembiraan ini, aku tercenung kembali akan petuah Yusuf kala dipercaya Firaun sebagai pejabat pentingnya. Yakni, selalu bersiap untuk krisis yang lebih besar — dengan mempersiapkan bekal semampunya.
Aku berharap, kiranya Tuhan memberkati doa dan upaya kami, agar bisa tetap bertahan di tengah krisis ini dan lainya. Semoga akan ada kesempatan untuk mengasah keahlian di lapangan lagi. Seperti masa silam.
Wordsmith! | Hidup dari Menulis 