BLINDEKUH


restoran blindekuh
dipinjam dari: https://www.blindekuh.ch

Kota Zurich (Swiss), tidak sekedar dikenal dengan bank-bank besar. Di salah satu ruang kota termahal dunia tersebut, juga tumbuh inspirasi dari satu konsep restorannya: Blindekuh! Berseberangan dengan konsep rumah makan yang lazim, para penikmat kuliner di restoran Blindekuh menikmati makanan dan minuman dengan penutup mata.

Blindekuh (yang berarti sapi buta) sengaja menyasar para pelanggan untuk turut merasakan sensasi rasa dan aroma tanpa melihat sajian yang disuguhkan.  Restoran yang dimiliki oleh Yayasan Blind-Liecht hendak menunjukkan pada banyak insan bagaimana dunia kebutaan itu. Serta mengetahui perjuangan yang diemban insan tuna netra setiap harinya.

Restoran Blindekuh akhirnya mereng- kuh perhatian dan empati tidak hanya populer sebagai tempat mengenyangkan perut, namun lebih sebagai langkah memahami saudara-saudara kita yang‘memanggul salib-nya’ sebagai penyandang tuna netra. Tentu saja, tak ada dari kita yang bersedia kehilangan salah satu peran indra tubuhnya. Tetapi hal ini bukan berarti mengesamping- kan diri untuk memperhatikan sesama.

Tak heran jika konsep restoran unik ini dipelopori oleh empat insan yang juga merupakan penyandang keterbatasan fisik dalam melihat, yakni Stefan Zappa (seorang psikolog), Juerg Spielmann, Andrea Blaser (seorang pekerja sosial) dan Thomas Moser (seorang penyanyi). Pada 17 September 1999, restoran Blindekuh pertama resmi berdiri. Dan kini, konsep unik ini pun diadopsi di se-jumlah negara di Eropa, Amerika, Asia dan Australia.

Terlepas dari perusahaan yang men- gadopsinya, Blindekuh di Zurich masih teguh mempertahankan tujuan se- benarnya dari pembentukan restoran ini: membuka lahan karya seluasnya bagi para tuna netra. Selain terobosan baru dengan konsep gelap, restoran ini juga memperkerjakan tuna netra dan penderita rabun. Di bawah naungan Blind-Liecht Foundation, Blindekuh Zu- rich merekrut 30 pekerja paruh waktu.

Blinde-Kuh
dipinjam dari: http://www.fashionforwardtrends.com

Selain memuaskan para pelanggan, kepuasan dari setiap karyawannya juga menjadi tujuan utama. Ini bisa diketahui dari situasi kerja yang mendukung dan upah yang di atas rata-rata bagi karyawan. Bagi para pelanggan, Blindekuh menjadi sebuah kesempatan sesi spiritual untuk mensyukuri kelebihan potensi fisik, dalam melihat. Tentunya, sembari menikmati suguhan penggugah selera dari restoran tadi.

Ada benarnya sebuah pepatah yang berujar: “Dengan menutup mata, engkau akan melihat.” Penglihatan itu mer- upakan sisi lain dari menatap dengan mata fisik, yakni menerbitkan syukur dalam benak hati terdalam. Syukur atas karunia yang diperoleh seutuhnya dari Sang Pencipta. Juga syukur atas rezeki sehingga dapat berbagi bagi mereka yang tak lelah berjuang di tengah kekurangannya.

(Ananta Bangun)

/// ditulis untuk majalah Ralinggungi