
Paroki St. Paulus Pasarmerah – Medan, Jumat (30 November), menghelat sidang paripurna 2018. Parochus Pasarmerah, RP. Fransiskus de Sales Borta Rumapea, O.Carm mengatakan sidang tersebut berlangsung dua hari: Jumat dan Minggu (2 Desember). “Pada hari ini, acara akan diisi dengan Pembekalan Pelayan Pastoral, dengan tema: “Pelayan Pastoral Bercitarasa Karmel”. Dan, sesi bedah buku “Perjalanan Lima Puluh Tahun (1967-2017) Paroki Santo Paulus Pasarmerah – Medan”. Kedua materi tersebut akan dipandu oleh RP. Dr. Edison Tinambunan, O.Carm,” ujar Pastor Borta dalam kata sambutannya.
Pada sesi awal materi pembekalan pelayan pastoral, Pastor Edi mengaku senang dengan tema “Pelayan Pastoral Bercitarasa Karmel”. Menurutnya, lema ‘citarasa’ mengandung makna mendalam. “Kata tersebut bisa berarti ‘rasa, perasaan’. Ataupun ‘cinta’ yang menandakan rasa memiliki akan paroki ini. Bisa juga bermakna ‘cita-cita’ hingga ‘gagasan‘ pastoral,” kata Imam Karmel yang mengaku baru merayakan Perak Imamat. “Sungguh suatu kehormatan Uskup Emeritus, Mgr. Pius Datubara, OFM Cap turut hadir dalam acara hari ini. Sebab beliau yang menahbiskan saya.”
Pastor Edison melanjutkan, sebagai pelayan pastoral hendaknya mengetahui Institusi, Hirarki, Ajaran Iman, dan Sistem Peraturan sebagai kekayaan Gereja Katolik universal. Dia juga memaparkan, ada tiga karisma sebagai dasar pelayanan bercitarasa Karmel. Yakni: doa, persaudaraan, dan pelayanan. “Dengan pengetahuan dan pemahaman ini, Pastor Paroki bisa sinergi dengan Dewan Paroki untuk mengarahkan umat agar dapat melayani dan terlayani dengan baik. Tujuan akhir dari karya pastoral ini adalah keselamatan jiwa-jiwa.”
Dalam sesi bedah buku, Pastor Edison menegaskan bahwa tulisan dalam buku “Perjalanan Lima Puluh Tahun (1967-2017) Paroki Santo Paulus Pasarmerah – Medan”, bukan untuk menentang perayaan napaktilas Gereja Paroki Pasarmerah sebelumnya. “Sebaliknya, buku ini akan menghadirkan kekayaan historis gereja paroki kita,” ujarnya. “Terutama dari sisi penelitian historis, seperti bagaimana dasar menentukan tahun berdirinya paroki ini. Pendekatan pertama adalah dari pemisahan buku paroki. Di mana, sebelumnya Paroki Pasarmerah merupakan pemekaran dari Paroki Katedral.”
Walau berisikan 200 halaman, Pastor Edison mengaku butuh waktu dua tahun untuk merampungkan buku tersebut. “Kegiatan paling lama adalah berkutat dengan proses penelitian,” akunya. “Saya harus memiliki bukti yang akurat dan kuat untuk pendasaran historis. Karenanya, saya sering membawa-bawa alat scanner dan kamera. Agar bisa langsung saya simpan format digitalnya. Peralatan seperti kamera, saya pakai untuk tugas penelitian, bukan hanya selfie-selfie.”
(Ananta Bangun) //// ditulis untuk majalah resmi Keuskupan Agung Medan, MENJEMAAT
