BANGSA DAN NEGARA INDONESIA TAK BISA DILEPASKAN DARI UMAT KATOLIK


Copyright: Komisi Komsos KAM
Osbin Samosir adalah penjabat di Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Pada Jumat (26 Oktober) lalu, dia menjadi salah satu dari tiga pembicara dalam acara “Pembekalan & Pengutusan Para Calon Legislatif Katolik” se-Keuskupan Agung Medan.
Dalam acara yang dihelat di Catholic Center KAM , Osbin menyampaikan presentasi menggugah. Kukira ada baiknya kumuat di blog selain laporan berita ke majalah Menjemat.

***

Osbin Samosir mengawali presentasi bahwa bangsa dan negara Indonesia tak bisa dilepaskan dari umat Katolik. “Dalam politik perjuangan kemerdekaan, Gerry van Klinken menyebut ada dua tokoh Katolik yang sangat menonjol, yakni Ignatius Joseph Kasimo dan Mgr. Albertus Soegijapranata,” ujar Osbin.

Namun, dia melanjutkan, rezim Orde Baru menimbulkan rasa muak akan politik. Bahkan dari kalangan Katolik, politik itu seolah dianggap sebagai “dosa”. “Stigma ini berkembang sangat dalam dan berakar termasuk di kalangan umat Katolik. Maka jadilah orang-orang awam Katlik bahagia jika sibuk dan menghabiskan waktu dengan urusan di Gereja dan seputar altar.”

Walau demikian, menurut Osbin telah terjadi perubahan positif dalam pandangan umat Katolik perihal politik. “Kita bersyukur bahwa dalam lima tahun terakhir umat kita percaya diri makin banyak yang terlibat dan makin berkualitas. Hal yang sama kita harapkan terus bertumbuh di Keuskupan Agung Medan ini.”

Osbin mengatakan ada empat hal patut menjadi perhatian serius para caleg Katolik saat menghadapi Pileg tahun depan. “Pertama, menanam kebaikan sejak awal, jauh-jauh hari sampai dirimu yakin bahwa layak untuk mendapat dukungan. Tidak hadir menjelang masa pemilu. Hal yang kedua, praktik curang paling rawan bukan saat TPS, tetapi pasca kotak suara dari TPS hingga ke PPK. Manipulasi terjadi paling rawan di tingkat ini.”

Dalam kesempatan tersebut, Osbin juga menepis bahwa politik identitas akan mempengaruhi peran umat Katolik dalam ranah politik nasional. “Politik identitas dari sudut pandang pemilihan umum sebenarnya tidak mengkhawatirkan. Malah partai ideologis agama cenderung semakin ditinggalkan pemilihnya. Sementara partai nasionalis silih berganti menjadi pemenang pemilu yang sangat menonjol. Artinya, masa depan demokrasi dan pluralisme Indonesia semakin membaik,” katanya menjelaskan.