Melirik Arti Kebahagian di Negeri Seberang


dipinjam dari Youtube.com
dipinjam dari Youtube.com

Aku mula aku mengetahui tentang buku “The Geography of Bliss” adalah dari buku “KelaSelasa“-nya Bagja Hidayat. Si jurnalis senior Tempo memuji tulisan Eric Weiner, dalam mengisahkan perjalanannya (sebagai penggerutu) yang berkeliling dunia mencari negara paling membahagiakan.

Banyak temuan yang mengejutkan hingga mengernyikan dahi. Seperti peraturan di negara Swiss yang melarang kegiatan “menyiram jamban” pada jam tertentu, dan kebahagiaan mereka yang terpatri pada toilet yang bersih. Atau bagaimana Islandia — negara yang nyaris tak pernah disinari matahari sepanjang tahun — justru termasuk paling berbagia di dunia. Moldova sebagai negara paling tak bahagia, dan beragam hal lainnya. Utamanya, Weiner menemukan falsafah kebahagiaan berbeda-beda di setiap tempat.

Aku sempat penasaran ingin kirim pesan ke Weiner, jika dia berniat tulis seri ke-II buku ini hendaknya coba keliling juga ke Indonesia, setidaknya di Sumatera Utara. Kemungkinan dia akan temukan kebagiaan di sini adalah makan bersama.

Buku ini mengasah daya khayal membayangkan segala pengalaman Weiner, sebab seluruhnya ditulis dalam aksara. Namun, sebagaimana disebut Bagja dalam bukunya, Weiner bagai memanggul kamera bagi pembaca. Setiap rentetan dialog dan peristiwa ditulis bernas dan menarik (serta gerutuannya yang memenuhi nyaris setiap halaman).

Adalah baik (malahan penting) untuk rajin membaca karya tulis seperti ini. Selain menguatkan konsentrasi berpikir, juga turut menjadi teladan dalam belajar menulis panjang. Dua kemampuan literasi yang semakin pudar belakangan ini.

buku “The Geography of Bliss” karya Eric Weiner