
Menjemaat bersua dengan Ketua Dewan Pastoral Stasi (DPS) Sumber Mulyo, Alexander Sidabutar saat mendokumentasikan aneka kegiatan peserta KAM Youth Day yang live in di stasi tersebut. Gereja tersebut terletak di tengah perkebunan sawit dan pepohonan nan rimbun. Akses jalan dari kota Rantauprapat menuju desa Sumber Mulyo juga termasuk sukar ditempuh. “Kalau pertama kali datang ke mari, pasti susah. Tapi kalau sudah terbiasa, hanya sebentar untuk datang dan pergi dari Rantauprapat. Ya, pasti lewat jalan pintas,” terang Ayah dari dua anak tersebut sembari tersenyum.
Dalam catatan Alexander, Gereja Stasi St. Antonius dari Padua – Sumber Mulyo diresmikan dan diberkati pada tahun 2000, oleh Vikaris Jenderal (masa itu) RP. Paulinus Simbolon OFM Cap.
Sekira tahun 1977, para perantau beragama Katolik di desa Sumber Mulyo kerap berkumpul di kedai belanja untuk kebutuhan keluarga. Dari perjumpaan-perjumpaan tersebut lahir niat untuk secara khusus beribadah dalam gereja.
“Pada masa tersebut, jumlah umat awal hanya delapan KK (Kepala Keluarga). (alm.) bapak Simamora, bapak Rondang Siahaan dan bapak J. Limbong adalah tokoh umat setempat yang banyak berperan dalam pendirian Stasi Sumber Mulyo ini,” kata Alexander kepada Menjemaat.
Dalam upaya membangun dan pelayanan di Stasi Sumber Mulyo, Ketua DPS mengatakan, Pastor Arie van Diemen OFM Cap dari Paroki Aek Kanopan kerap mengemban kedua tugas tersebut. “Dimana saat itu, Stasi ini belum termasuk dalam pemekaran Paroki Aek Nabara hingga sekarang masuk wilayah Paroki Rantauprapat,” imbuhnya.
“Upaya pembangunan gereja stasi, dilaksanakan dalam rupa partisipasi umat dan program perdana paroki mengunjungi 14 stasi yang layak memberikan dana dan dilaporkan secara transparan ke paroki dan stasi. Saat stasi ini masuk wilayah Paroki Aek Nabara, Pastor Salvador SX turut membantu mencarikan dana dari luar paroki,” katanya.
Dia menambahkan, kegiatan rohani rutin di Stasi Sumbe Mulyo adalah Perpuluhan Doa Rosario pada bulan Oktober, Perpuluhan bulan Maria pada bulam Mei, Pendalaman Kitab Suci ( BKSN ) pada bulan September, dan pendalaman Aksi Puasa Pembangunan ( APP ) pada masa Prapaskah. “Kegiatan ini melibatkan semua kelompok kategorial PAK,PIK,OMK dan MINGGU GEMBIRA,” ujanya.

Tantangan & Harapan
Walaupun telah melewati usia 18 tahun, dalam pandangan Alexander, masalah perekonomian turut mempengaruhi iman umat setempat. “Mayoritas kami bermata pencaharian sebagai petani ataupun karyawan di kebun swasta. Di samping itu, baik umat dan pengurus masih terikat dengan pekerjaan di perusahaan atau usaha tani masing-masing. Sehingga tersita waktu untuk ke gereja, atau kegiatan menggereja di luar stasi.”
Namun, Alexander tetap menyimpan harapan. “Semoga umat tetap semangat menggereja, dan. Tetap solid dalam segala rencana demi pembangunan iman dan kebersamaan baik sebagai orang katolik maupun di masyarakat,” pungkasnya.
Dia mengatakan, Dewan pastoral Stasi tetap berupaya menjaga semangat umat menggereja kami juga memperhatikan keberadaan pisik/bangunan gereja agar tetap terlihat indah maka Dewan Stasi bersama umat selalu membuat program perawatan bangunan Gereja. “Di mana kegiatan ini melibatkan umat,” katanya.
“Sedangkan untuk Petugas kebersihan pada pelaksaanaan missa atau ibadat biasa pada hari minggu tidak dilakukan oleh orang/umat tertentu saja melainkan dilakukan secara bergiliran sesuai dengan roster/jadwal petugas yang dibagikan kepada umat dan sampai saat ini umat melakukan dengan semangat dan senang hati.”
Menurut Alexander, satu ciri khas umat Stasi Sumber Mulyo adalah kebersamaan menjamu Pastor/komunitas atau tamu yang berkunjung ke stasi mereka. “Yaitu, dengan makan bersama pengurus dan umat yang ikut dalam perayaan misa tersebut juga kami lakukan secara bergiliran sehiungga Pastor dapat melepaskan lelah bersama umat karena jarak tempuh dari paroki ke stasi sumber mulyo lebih kurang 33 Km. Selain itu, Pastor bisa mengunjungi seua rumah umat secara bergantian,” katanya.
Tim Menjemaat turut meresapi ciri khas tersebut kala dijamu keluarga Alexander bersama kontingen KAM Youth Day, sebelum mengucapkan selamat tinggal dan bersua kembali di kesempatan berikutnya.
(Ananta Bangun) /// ditulis untuk majalah resmi Keuskupan Agung Medan, MENJEMAAT

