5 W + 1 H : Mantra Dalam Menulis Fakta


Source: ascentiumcapital.com
Source: ascentiumcapital.com

Di tahap ini, kita sudah mulai menapak ke ‘Menulis Fakta’. Pendiri dan Pimpinan Indonesia Menulis, Budi Sutedjo bilang: “Menulis Fakta lebih mudah dipahami daripada Menulis Berita.” Benar. Sebab, dari nama itu sendiri telah gamblang menjelaskan bahwa artikel yang disajikan adalah sekumpulan fakta. Tidak ada opini dari si pelapor atawa reporter.

Saat menulis fakta, ada sebuah mantra yang wajib diterapkan. Yakni, 5 W plus 1 H. Mantra tersebut merupakan jajaran pertanyaan dari:

  • WHAT (Apa yang terjadi/ Apa yang disampaikan)
  • WHO (Tentang siapa)
  • WHERE (Dimana terjadi)
  • WHEN (Kapan terjadi)
  • WHY (Mengapa hal itu terjadi/ Mengapa diadakan atau dilaksanakan)
  • HOW (Bagaimana peristiwa terjadi)

Laporan fakta akan menjadi cacat, bila salah satu atau lebih dari bagian mantra tersebut tak disampaikan. Bayangkan laporan tentang sebuah peristiwa tidak menyebutkan kapan terjadi, tentu membuat para pembaca penasaran. Maka, reporter hendaknya disiplin dengan mantra tersebut saat menulis fakta.

***

Sebagai contoh dari penerapan mantra 5 W plus 1 H, berikut saya kutip sebuah contoh laporan/ tulisan fakta. Untuk latihan, coba temukan bagian-bagian mantra tadi dalam artikel ini. Jika ada yang terlewat jangan sungkan untuk menyampaikannya via email ke: anantabangun@gmail.com.

SMA Cahaya Medan Gelar “Cahaya Youth Day: Pelajar Kreatif

Melalui Pendidikan Inovatif”

Medan, Menjemaat – SMA Cahaya Medan, Kamis (21/12/2017), menghelat ajang kreativitas pelajar bertajuk “Cahaya Youth Day: Pelajar Kreatif Melalui Pendidikan Inovatif.” Sr. Kressensiana Levinil KSSY, Kepala Sekolah di bawah naungan Yayasan Seri Amal ini, mengaku bangga dan mendukung penuh kegiatan yang dilangsungkan perdana di lapangan sekolah tersebut.

“Semoga kegiatan yang bagus ini dapat berlangsung rutin setiap tahunnya. Karena perannya sebagai wadah menampilkan pengetahuan dan karya kreatif siswa di SMA Cahaya,” ujar Sr. Kressensiana kepada Menjemaat.

Dia menuturkan, seluruh karya kreasi murid sengaja dipamerkan dalam lima anjungan. “Dua stan sebagai tempat peragaan bidang sains. Sementara dua lainnya, untuk pameran karya art atau seni, dan sosial. Satu lagi dibuat khusus untuk karya kuliner,” katanya. “Selain itu, panitia juga menghelat pertunjukan seni berupa modern dance, musikalisasi puisi, tarian daerah dari Nias dan Papua. Serta sejumlah pertunjukan kreatif lainnya.”

Sr. Kressensiana menjelaskan, gagasan utama seluruh kegiatan ini adalah toleransi keberagaman dan praktik langsung dari setiap bidang studi yang dipelajari siswa. “Semoga Cahaya Youth Day berikutnya, dapat menjalin kerjasama dengan beberapa universitas maupun lembaga luar. Tentu saja, dengan harapan semangat dan inspirasi kegiatan ini bisa mengilhami insan di luar khasanah SMA Cahaya Medan.”

Salah satu siswa SMA Cahaya Medan, Dominikus Bayu Sihaloho mengaku senang dengan pelaksanaan Cahaya Youth Day 2017. “Saya senang, karena sebelumnya turut juga dalam bagian konseptor kegiatan ini. Melalui ajang CYD, kami tidak hanya diberi wadah menampilkan kreativitas yang telah diajarkan guru di kelas. Namun juga, belajar menghargai keberagaman. Yakni dengan mengenal lintas budaya serta kepercayaan di negara kita,” kata Bayu, seraya menambahkan bahwa para siswa turut menampilkan busana religi dari agama-agama di Indonesia.

Seluruh rangkaian acara berlangsung meriah, walau diselingi rintik gerimis. (Ananta Bangun) /// Laporan/ tulisan fakta untuk majalah resmi Keuskupan Agung Medan, MENJEMAAT.

Source: http://sbtechnic.com
Source: http://sbtechnic.com