
MEDAN – Paroki St. Yohanes Penginjil Mandala – Medan, Rabu (22 Agustus), menghelat “Seminar Anak Muda Bijak Menggunakan Media Komunikasi” di Aula Paroki. Kegiatan yang dihadiri ratusan Orang Muda Katolik (OMK) setempat, menghadirkan Ananta Bangun dari Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) – Keuskupan Agung Medan (KAM) sebagai pemateri.
Parochus Mandala – Medan, RP Robertus Hadun CMF memberi apresiasi atas terselenggaranya acara seminar tersebut. “Ini adalah perhatian Gereja terhadap kawula muda dan pastoral Komsos. Kiranya inspirasi yang diberikan dalam acara ini dapat ditimba oleh para OMK dan Misdinar Paroki yang hadir di sini,” ujarnya sebelum membawakan doa pembuka.
Ananta dalam materinya, menegaskan bahwa materi yang dipaparkan adalah sejumlah ide-ide yang bebas diberdayakan sesuai bakat dan minat peserta. “Gagasan ini bukan hendak menggurui bahwa ini dan itu yang harus dilakukan. Sebaliknya, para sahabat kawula muda boleh menerapkannya seturut keinginan masing-masing,” kata pemateri, yang menjadikan pengalaman menulis buku “Menulis Feature bagi Aktivis Komsos” sebagai contoh bagaimana memanfaatkan media di Internet untuk berkarya.
“Amat sayang, jika investasi waktu dan uang di media Internet habis hanya untuk tujuan hiburan. Tujuan media diciptakan tidak hanya di aspek itu saja, tetapi juga ‘menjembatani’ komunikasi yang tidak bisa langsung bertatap muka, hingga menjadi tempat menyimpan karya dan mempromosikannya ke seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan dunia maya tersebut.”

Penjaga dan Pencuri
Dalam kesempatan tersebut, Ananta juga memaparkan sisi kelam Internet. “Dalam buku “The Shallows: Internet Mendangkalkan Cara Berpikir Kita?” karya Nicholas Carr, disebut bahwa Internet adalah ‘Penjaga dan Pencuri,” kata dia. “Pengertian penjaga, yakni Internet akan menyimpan setiap aktivitas kita dalam rupa teks, foto tanpa batas waktu. Perhatikan pengalaman tokoh atau selebriti dunia yang tersandung kasus foto atau video. Semua media tersebut akan selamanya ada Internet, sebab semakin banyak orang penasaran, membuat salinan dan kemudian menyebarkannya lagi di jagat maya.”
Dalam pengertian ‘pencuri’, Ananta memberikan ilustrasi langsung dengan meminta dua hadirin untuk mengikatnya di kursi dengan tali plastik. Seluruh hadirin tampak penasaran dan terpingkal menyaksikan ilustrasi tersebut. “Coba perhatikan. Seperti inilah keadannya saat kesadaran dan fokus saya dicuri oleh keasyikan bermain media di Internet. Saya tidak melepaskan diri saya sendiri. Maka, saya butuh dua dukungan dari luar diri saya; yakni, iman kepada Tuhan dan keluarga yang peduli dan kasih pada saya.”
Pemaparan selanjutnya, Ananta menuturkan bahwa Gereja Katolik telah lama memberikan perhatian serius pada pastoral Komunikasi Sosial. “Ini bermula dari Konsili Vatikan II, dan salah satunya melahirkan Dekrit Inter Mirifica. Dalam dekrit inilah ditegaskan upaya-upaya untuk pastoral Komsos di seluruh dunia,” ujarnya. “Pasca dekrit tersebut, setiap tahun Bapa Suci mengeluarkan Surat Gembala khusus Pastoral Komsos. Teranyar, Paus Fransiskus menyerukan: ““Kebenaran itu akan Memerdekakan Kamu” (Yoh 8:32): Berita Palsu dan Jurnalisme Perdamaian.””
Dewan Pastoral Paroki (DPP) Mandala dan Panitia Seminar, diwakili bapa Simanjorang dan bapa Messakh Hutapea menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya acara ini. “Kegiatan ini merupakan bagian dari Fokus Pastoral KAM 2018: Keluarga Rukun. Secara khusus di Indeks Keberhasilan V: 100% Anak, Remaja, dan Kaum Muda Terdampingi dengan Baik. Banyak pengetahuan baru yang kita serap pada hari ini. Terutama mengandalkan kasih Allah dan keluarga agar bijak memanfaatkan media di Internet untuk mengembangkan bakat dan minat yang anak-anak muda miliki,” pungkas Hutapea.
(Eva Barus)
