Bakti Budaya Pakpak Bharat “Menumbuhkan Cinta terhadap Budaya & Gereja”


Mgr Anicetus Sinaga OFM Cap turut dalam pawai budaya bersama beberapa Imam (Copyright: Komsos KAM)

SALAK, Menjemaat – Gereja Katolik Paroki Sta. Lusia – Salak, Minggu (21 Juli), menyelenggarakan Bakti Budaya Pakpak Bharat 2018. Acara yang dipadukan bersama Hari Jadi Kabupaten Pakpak Bharat ke-XV, dimulai dengan pemberkatan gedung Pastoran Paroki Salak, kemudian kirab ribuan umat Paroki Salak dari Pastoran menuju Lapangan Napasengkut.

Pastor di Paroki Salak, RP. Kardiaman Simbolon O.Carm, kepada Menjemaat menjelaskan, latar belakang kirab budaya adalah rendahnya apresiasi generasi muda akan budaya-nya. “Bahkan generasi milenial banyak yang beranggapan bahwa warisan budaya merupakan sesuatu yang ketinggalan zaman; bahkan tak sedikit yang menyebutnya kolot,” ujarnya.

“Sementara, Konsili Vatikan II dalam dokumen Lumen Gentium juga berkata, “Gereja, di sepanjang zaman dan dalam pelbagai situasi, telah memanfaatkan sumber-sumber aneka kebudayaan, untuk menyebarluaskan dan menguraikan pewartaan Kristus kepada semua bangsa, untuk menggali dan makin menyelaminya, serta untuk mengungkapkannya secara lebih baik dalam perayaan liturgi dan dalam kehidupan jemaat beriman yang beraneka ragam”(LG.art. 9),” imbuh Pastor Kardiaman.

Dia mengatakan, Gereja Paroki Salak terpanggil untuk mewujudkan amanat Konsili Vatikan II, dengan ambil bagian dalam mewujudkan iman yang terlibat di tengah budaya Pakpak dan merupakan bagian dari masyarakat setempat. “Gereja Katolik Pakpak Bharat hendak mengintegrasikan nilai-nilai otentik ritual Pakpak dalam iman akan Yesus Kristus. Inilah juga yang kerap didengungkan oleh Gereja Katolik sejak Konsili Vatikan II dengan istilah, Inkulturasi.”

Menurut Imam Karmelit, ritual dalam Perayaan syukur Bhakti Budaya ini merupakan perpaduan antara ritual Pakpak: pesta Menanda Tahun dan Peranin yang disatukan dengan liturgi Gereja Katolik. “Jika pada awalnya, ritual tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan dengan dunia gaib, atau kekuatan roh;  kini ritual tersebut diarahkan hanya pada satu kekuatan yakni Yesus Kristus. Didalamnya umat bersyukur dan bermohon kepada Tuhan yang mahakuasa, dengan perantaraan Yesus PuteraNya.”

Pada sesi homili di Misa Syukur Bakti Budaya Pakpak Bharat, Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus Sinaga OFM Cap, menyampaikan tiga pedoman umat Katolik – yang tertulis dalam buku terbitan resmi ajaran iman, yakni Bhineka Tunggal Ika. “Di dalamnya (buku) dapat dikatakan persis mengenai penghayatan Pancasila adalah, kesatuan tidak merusak keragaman, dan keragaman tidak merusak kesatuan,” ujar Mgr. Anicetus.

Kedua, Gereja Katolik harus membawa damai dan persaudaraan kepada sesama warga negara maupun pemerintah. “Kita tegaskan disini orang katolik tidak boleh menjadi perpecahan, orang katolik terpanggil menjadi bagian dari solusi. Tidak boleh membawa ketakutan atau terorisme.” seru Uskup Agung. Ketiga, Katolik harus menjadi landasan persaudaraan di bumi indonesia, dimana tidak ada saling berselisih melainkan membawa cinta kasih,” imbuhnya dalam kegiatan yang dihadiri sejumlah Pejabat Daerah, termasuk Bupati Pakpak Bharat, Remigo Yolando Berutu.

Remigo mengatakan, kegiatan ini adalah perwujudan rasa syukur atas perkembangan Pakpak Bharat sebagai kabupaten muda di provinsi Sumatera Utara. Pakpak Bharat resmi menjadi kabupaten pada 28 Juli 2003, sebagai pemekaran dari Kabupaten Dairi. “Selama lima belas tahun ini Kabupaten Pakpak Bharat telah tumbuh dan berkembang. Tentu patut kita syukuri bersama. Lebih dari itu, diharapkan pula, kegiatan ini dapat inspirasi bagi warga Pakpak Bharat, terutama kaum muda, untuk selalu cinta pada budaya dan meneladani kehidupan spiritualis sebagaimana dicontohkan oleh Yang Mulia Uskup Agung Medan,” kata Remigo.

Pastor Kardiaman juga menyampaikan harapan Gereja Paroki Salak pasca Bakti Budaya Pakpak Bharat 2018 ini. “Sesudah terselenggarannya acara tersebut, kita berharap bahwa umat katolik paroki santa lusia semakin percaya diri dengan imannya akan Yesus. Sebagai bagian dari minoritas, umat katolik diharapkan semakin militant kepada gereja katolik,” ujarnya.

Dia menambahkan, Gereja Paroki Salak juga berharap umat katolik semakin bertumbuh dalam iman, dan dapat menjadi saksi atu contoh dikalangan masyarakat luas.

Pada akhir misa syukur, Mgr. Anicetus mengumumkan penetapan status Kuasi Paroki Salak telah resmi diangkat menjadi Paroki Mandiri, dengan SK tanggal 23 Juli 2018. “Semoga pelayanan Paroki Salak terus bertumbuh di Pakpak Bharat ini,” imbuh Uskup, yang memberi seminar budaya usai perayaan Ekaristi.

(Rm. Santo OSC, Ananta Bangun)

Mgr Anicetus bersama rombongan Imam dan Pejabat Daerah disambut di Lapangan Napasengkut (Copyright: Komsos KAM)