KAM YOUTH DAY ke-IV 2018 MENGGULIRKAN ‘SUKACITA MENGHIDUPI INJIL DALAM KEMAJEMUKAN’


Pelepasan merpati oleh Mgr Anicetus bersama Tokoh Gereja dan Masyarakat (Copyright: Panitia KYD 2018)
Gema perhelatan Keuskupan Agung Medan (KAM) Youth Day ke-IV 2018, akhirnya berkumandang di Kevikepan Aek Kanopan, selaku tuan rumah. Pertemuan Orang Muda Katolik se-KAM ini telah lama bergulir dengan nama berbeda. Yakni, Jambore Mudika, hingga Mgr Cup. Namun, tajuk ‘Youth Day; mulai disandang sejak tahun 2005, sebagaimana dituturkan Ketua Komisi Kepemudaan KAM (pada masa itu), RP. Hendra Gimawan OSC.

 

Temu Kaum Muda Katolik se-KAM perdana digelar di Taman Jubelium GBKP, Sibolangit pada tahun 2005, dengan tema: ‘Bangkit dan Bergeraklah’. Pada 2008, agenda senada diadakan di Lapangan Rindam Pematangsiantar. Pada event inilah awal digunakannya istilah KAM Youth Day, sebagai pertemuan akbar orang muda Katolik se-KAM.

Selang enam tahun kemudian, KAM Youth Day III (26-29 Juli 2014) kembali digelar. Di mana Paroki Pangururan menjadi tuan rumah. Sekira 2.000 OMK, Pendamping dan Undangan dari 49 Paroki se-KAM turut dalam acara akbar bertema: “Duc in Altum: Bertolak ke Tempat Lebih Dalam“. Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus Sinaga OFM Cap turut mencetuskan program Mega Bina Kaum Muda se-KAM, termasuk Deklarasai OMK KAM 2014.

 

Meneruskan Pesan Temu OMK Tingkat Dunia, Asia dan Indonesia

“Kegiatan KAM Youth Day IV jelas menjadi kesempatan istimewa bagi para Orang Muda Katolik se-KAM untuk berjumpa, mendalami iman dan memaknai kebersamaan serta mendapat perutusan. Kali ini mereka diharapkan menjadi Pejuang Kerukunan dan Perdamaian di tengah kemajemukan SARA di Sumut dan Indonesia,” tutur Ketua Komkep KAM, RP Alexander Silaen OFM Cap, sebagaimana dikutip dalam guide book KAM Youth Day IV 2018.

Kegiatan OMK tingkat dunia teranyar digelar di Krakow – Polandia pada 2016 lalu. Sementara, di tingkat nasional atau Indonesian Youth Day (IYD) berlangsung di Keuskupan Manado pada tahun yang sama. Bagi OMK Indonesia kegiatan ini meninggalkan kesan dan pesan yang mendalam untuk bersukacita menghidupi Injil dalam konteks kemajemukan Indonesia.

Dalam perhelatan Asian Youth Day 2017 lalu, mengajak kaum muda hidup dalam sukacita menghidupi Injil dalam kemajemukan Asia.

Pawai Aneka Ragam Suku Budaya dalam KYD 2018 (copyright: Panitia KYD 2018)

“Api atau semangat itu digulirkan ke keuskupan-keuskupan di setiap negara di Asia. Kegiatan-kegiatan di atas mendongkrak antusiasme KAM akan sukses melaksanakan pertemuan OMK se-keuskupan, yang sudah direncanakan sebelumnya. Kegiatan KAM Youth Day IV ini akan dilaksanakan pada 03-08 Juli 2018,” ujar Pastor Alex.

Imam Kapusin menjelaskan, kegiatan ini juga mengusahakan motto youth helping youth, dimana OMK yang mendapat kesempatan dari pihak keuskupan Agung Medan melakukan event ini harus mengusahakan pertemuan ini dari mereka, oleh mereka dan untuk mereka. “Dengan kata lain, OMK pelaksana kegiatan ini untuk sesama OMK. Kegiatan ini mengusahakan OMK sebagai pelaksana dan sekaligus yang berpesta.”

Dia menambahkan, KAM YD IV kali ini memiliki perbedaan daripada sebelumnya. “Misalnya penanggung jawab kegiatan bukan hanya paroki tertentu tetapi kevikepan. Di samping itu, ada juga live in (kontingen KYD menetap di rumah-rumah umat setempat), Pawai Kerukunan yang melibatkan pihak pemerintah dan agama-agama lain, serta settingan acara yang menonjolkan katekese dan kebersamaan,” katanya. “Live in dan perayaan puncak dirancang menambah compassion OMK KAM mengenai situasi bangsanya, gerejanya dan dirinya tentu. Diharapkan, sesudahnya OMK bergerak melakukan damai bagi lingkungan, gereja dan dirinya. Semoga segala usaha baik ini berkenan kepada Allah dan segala pihak yang terlibat.

Keuskupan Agung Medan selama lima tahun (2017-2021) sudah menetapkan Fokus Pastoral yang merupakan implementasi hasil Sinode VI KAM 2016, yang sekaligus merupakan upaya perwujudan Visi dan Misi KAM “Menjadi Oase di Tengah Dunia”. Kelima fokus pastoral tersebut adalah: Keluarga Berdoa (2017),Keluarga Rukun (2018), Keluarga Memasyarakat (2019), Keluarga Sejahtera (2020) dan Keluarga Sumber Panggilan (2021).

Tema KAM Youth Day IV 2018 disimpulkan berdasarkan Fokus Pastoral pada tahun 2018 yakni “Keluarga Rukun”. Di samping itu, tindaklanjut pesan Asian Youth day dan Indonesian Youth Day: bersukacita menghidupi Injil di tengah kemajemukan. Juga melihat situasi Indonesia yang kurang Rukun & Damai dan situasi Sumatera Utara yang butuh support memelihara kerukunan & kedamaian.

Vikaris Eviskopal Kevikepan Aek Kanopan, RP. Stefanus Sitohang OFM Cap turut mengapresiasi tema KYD IV 2018: “Orang Muda Bergerak“. Dia berharap, dari perayaan ini, orang muda katolik semakin menyadari kesejatian dirinya sebagai murid Kristus. “OMK harus sadar bahwa dirinya berada di tengah kebhinekaan. OMK harus memiliki semangat hidup bergelora dan bersukacita di tengah keberagaman. OMK harus menjunjukkan aksi nyata di tengah kemajemukan. Keterlibatan aktif dalam kemajemukan tanpa kehilangan iman dan keyakinan kekatolikan,” kata dia.

Kontingen KYD 2018 dari KMK Politeknik Negeri Medan (copyright: Panitia KYD 2018)

Menurut Pastor Stefanus, OMK zaman now sudah saatnya BeRGerAk. “Tuntutan BeRGerAk (Berbhineka, rukun, gelora dan aksi) muncul dari penjabaran nilai-nilai yang diperjuangkan KAM,” ujarnya. “Gereja KAM telah memberikan perhatian istimewa kepada Orang Muda Katolik lewat program raksasa Mega Bina Kaum Muda yang telah digaungkan Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus.”

Pastor Rekan dan Pembina OMK di Paroki Medan Timur, RP Poly Purba OFM Cap mengaku senang dengan gebrakan baru dalam Temu OMK se-KAM ini. Terutama, pada kegiatan live in. “Dengan berbaur dan beradaptasi dengan lingkungan baru, OMK bisa belajar nilai-nilai kehidupan yang baru,” katanya menjelaskan. “Jangan kuatir untuk lepas dari zona nyaman. Dalam Alkitab, Yesus juga pernah berkata: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Hehehe.”

Guna merangkum tujuan dari KAM Youth Day IV, panitia mengutip landasan biblis dari Kitab Mazmur 133: 1 yakni, “Alangkah baiknya dan senangnya kalau umat Allah hidup rukun”. Dari fondasi tersebut, panitia menetapkan empat tujuan, yakni: (1) OMK KAM berjumpa, belajar dan berdiskusi tentang kebhinekaan dan kerukunan dalam suasana damai. (2) OMK KAM insaf betapa pentingnya memelihara kebhinekaan dan kerukunan. (3) OMK KAM bersemangat untuk memperjuangkan kebhinekaan dan kerukunan. (4) OMK KAM bergerak beraksi memperjuang kebhinnekaan dan kerukunan.

Yunira Almousa Sianipar, OMK asal Paroki Banda Aceh menuturkan betapa seru pengalamannya selama mengikuti KAM Youth Day 2018.

“Sungguh, kami mendapatkan pengalaman yang luar biasa dari KYD ini, terutama saat live in. Saya ditempatkan di Paroki Tanjung Balai. Awalnya saya merasa takut dan ragu kalau-kalau nantinya saya tidak bisa menyatu, berbaur, akrab dan menyesuaikan diri dengan keluarga baru. Tapi setelah tinggal bersama keluarga baru, saya sungguh mendapat kesan yang sangat membahagiakan,” ujar Yuni kepada Menjemaat.

Dia mengaku, menemukan keluarga, merasakan keakraban dan kebersamaan bagai bersama keluarga kandung. “Saya membantu orang tua membereskan rumah, belanja, memasak. Kami juga berdoa bersama, jalan-jalan dengan keluarga, berkeliling sekitaran Tanjung Balai. Live in memberi pelajaran bagi saya sendiri untuk saling menghargai, perhatian pada sesama anggota keluarga, sesibuk apapun hendaknya meluangkan waktu untuk bertemu dan berkumpul dengan anggota keluarga. Maka Keluarga Kudus Nazareth sungguh menjadi teladan dan inspirasi kami selama mengikuti live in,” tutur gadis kelahiran 1 Juni 2000 ini.

Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Sinaga OFM Cap (copyright: Panitia KYD 2018)

OMK Bergerak Mengamalkan Catur Takwa & Catur Darma

Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus, dalam momentum KAM Youth Day IV 2018, menggaungkan dua pesan utama. Yakni, Catur Takwa dan Catur Darma.

“Saya ingin menyapa OMK dengan suatu Wasiat Pastoral Kasih, CATUR TAKWA DAN CATUR DARMA KATOLIK INDONESIA. Telah terjadi goncangan, belakangan ini, atas keutuhan Negara Bhinneka Tunggal Ika Republik Indonesia,” ujar Mgr. Anicetus. “Menuju lestari Gereja Katolik Indonesia, dibutuhkan pengembangan keutuhan sikap mengiman dan menegara secara lebih komprehensif. Sejatinya sikap dasar mengiman dan menegara ini merupakan Catur Takwa kepada Tuhan dan Catur Darma kepada Negara. Semboyannya adalah Cakwa Darmi (Catur Takwa dan Catur Darma Indonesia).”

Mgr. Anicetus menjelaskan, Catur Takwa pada dasarnya berarti empat ketakwaan kepada Tuhan, sebagai sikap dan pengamalan iman Katolik. Intinya ialah sikap ber-Tuhan sebagai pencirian dari “Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa.”

“Empat ciri bertakwa kepada Tuhan adalah: (1) Percaya akan Allah Tritunggal dan Yesus Kristus Raja Kebangkitan; (2) Bertakwa dalam kesalehan keluarga; (3) Bertakwa dalam kerajinan beribadat; (4) Bertakwa dalam kasih sesama,” katanya.

Sementara dalam Catur Darma, dia menambahkan, terilhami dari perintah Tuhan, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” ditata menjadi kasih menegara dan memasyarakat. “Pada dasarnya terdapat Catur Darma Menegara dan Memasyarakat, yakni. (1) Inklusivisme terbuka; (2) Persaudaraan Sejati; (3) Perdamaian lestari, dan; (4) Hidup rukun “Bhinneka-Tunggal-Ika.””

Sumber prinsip “kesatuan dalam kepelbagaian” ini adalah Undang-undang Dasar Republik Indonesia, dalam “semboyan Bhinneka Tunggal Ika” (UUD-1945 ps. 36A). Dan dalam prinsip “kesatuan dalam kepelbagaian,” bentuk dan tatanan Negara Indonesia adalah “Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik” (UUD-1945 ps. 1).

Dalam prinsip “kesatuan dalam kepelbagaian,” seperti itu, kita menata sikap kerukunan, dengan membedakan dua sisi yang saling bertautan, yakni: Pertama kita menghormati dan menjunjung tinggi akidah serta tradisi agama masing-masing. Kedaulatan keagamaan seperti ini adalah mutlak dan tak boleh dicampuri, diganggu-gugat atau dicederai oleh pihak luar mana pun. Di bumi Pancasila Indonesia berlaku: “Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu; Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu” (UU RI No. 39 Thn 1999 Ttg HAM, ps. 22). Dengan prinsip ini segala tindakan yang menghalangi pembangunan rumah ibadat, yang merusak rumah ibadat, yang mengganggu orang beribadat, dan segala jenis terorisme keagamaan bertentangan dengan Pancasila dan prinsip dasar Negara Republik Indonesia. Dari itu harus dikikis dari bumi Indonesia.

Nilai Catur Darma dan Catur Takwa juga diresapi salah satu kontingen KAM Youth Day 2018 dari Paroki St. Konrad Parzam Lintong ni Huta, Johan Silaban. Selain program live in dengan keluarga baru, menurutnya Pawai Kerukunan merupakan satu kegiatan sangat berkesan. “Pawai kerukunan bagi saya menjadi sesuatu yang khas dan nyata untuk berbuat dan mewujudkan kerukunan negeri ini. Mungkin sulit terlaksana namun kita bisa bersama-sama, dalam satu langkah mengucapkan Salam kerukunan, Salam! Akidah terjamin! Kerukunan terjalin!” terang pemuda yang tinggal di Dusun Sitadean, Lintong ni Huta ini.

 

(Anne Griselda Manullang, Ananta Bangun)

/// ditulis untuk majalah resmi Keuskupan Agung Medan, MENJEMAAT

logo KAM Youth Day 2018