
MENJEMAAT – Tuktuk, Kuria Keuskupan Agung Medan (KAM), pada 19-22 April 2018, mengadakan Rekoleksi Pegawai KAM – program penyegaran rohani pegawai berkala tahunan. Sekretaris Kuria KAM, RP Selestinus Manalu OFM Cap menyampaikan, penyegaran rohani ini merupakan program penting. “Karena berdampak baik dan penting, maka dicantumkan dalam aturan keuskupan. Melalui kegiatan ini juga ditekankan kebersamaan, dari sesama pegawai berbeda unit, sebagai proses untuk mencapai tujuan,” ungkapnya.
Ekonom KAM, RD. Moses Tampubolon, Ketua Komisi Karya Kepausan Indonesia (KKI) KAM, RP. Martin Nule SVD, dan Ketua Komisi Keluarga KAM, RP. Kosman Sianturi OSC menjadi pemateri dalam rekoleksi tahun ini.
Pater Moses memberikan presentasi mengenai “7 Indikator Keluarga Rukun & 7 Indikator Team Kerja Kompak. “Ketujuh indikator tersebut adalah: setiap anggota berperan sesuai tugas, fungsi dan kompetensinya. Kemudian, pegawai hendaknya bekerja utk kepentingan bersama bukan pribadi. Indikator ketiga, tim rindu berkumpul membahas persoalan bers dlm rangka mencari solusi. Keempat, tim terlibat aktif dlm memberikan berkontribusi/ pendapat dalam rapat. Kelima, tim melaksanakan keputusan bersama. Keenam, tim saling percaya, mendukung dan menghargai satu sama lain. Dan terakhir, tim bangga, senang dan berkembang,” kata dia.
Sementara, Pater Martin berbagi inspirasi “Anak-anak Tuhan dalam Keluarga Rukun” kepada peserta rekoleksi. Dia mengatakan, ”Pegawai KAM adalah bagian terpenting dan inti dalam keuskupan ini. Fokus Pastoral KAM 2018 adalah Keluarga Rukun, tujuannya sbg oase kehidupan.
Imam asal Timor mengutip sabda Allah sebagai inti presentasinya. “Ut Omnes Unum Sint : supaya mereka menjadi satu (Yoh 17:11), doa yang menjadi bagian pribadi Yesus,” ujarnya. “Yakinlah bahwa kita adalah anak-anak yang dipanggil dan ditugaskan antara lain untuk menjadi bahagia dan sumber kebahagiaan. Dan menjadi oase bagi keluarga dan sesama.”
Pada sesi terakhir, Pater Kosman memaparkan “Lima Bahasa Kasih” disarikan dari buku berjudul senada karya Gary Chapman. “Lima Bahasa Kasih, meskipun tampak lebih besar dimaksudkan bagi pasangan, namun juga baik diterapkan dalam lingkungan kerja. Dengan mengetahui bahasa kasih dalam tim kerja, komunikasi dan kinerja setiap pribadi dapat bertumbuh.”
Pastor Selestinus memberi apresiasi pada panitia, pemateri dan seluruh peserta karena rekoleksi berlangsung baik. “Setelah beberapa tahun terakhir, panitia rekoleksi diembankan pada komisi-komisi yang berkantor di Medan. Kini, saatnya menyerahkan peran tersebut pada komisi-komisi di Pematangsiantar,” ujarnya memberi titah. Proficiat!
(Ananta Bangun) /// dimuat di majalah resmi Keuskupan Agung Medan, MENJEMAAT