
Sebelumnya aku pernah memuat satu rubrik (di blog ini) bernama ‘buku yang berbicara’. Itu karena ada satu atau beberapa bagian dari buku tersebut, yang terus menyita perhatianku. Belakangan, ada sebuah resensi di majalah SWA, oleh Edison Lestari, yang juga mengganggu perhatianku. Musababnya, dia membuat ikhtisar amat lengkap tentang buku yang dikaguminya.
Selain itu, resensi ini juga meyakinkanku untuk terus berkarya menulis buku. Kukira para kolega di blog patut juga menyerap ilham dari buku pakar manajemen, Dorie Clark ini. Semoga.
***
Banyak orang berasumsi, kalau mereka bekerja keras, mereka akan dikenal sebagai ahli di bidangnya. Kenyataanya, tidak semua demikian. Banyak yang bekerja keras, tetapi masih tetap tidak menjadi terkenal. Bila anda menganggap menjadi tought leader merupakan sebuah proses yang penuh misteri, buku ini membuka tabir prosesnya secara sisematis.
Melalui buku ini, Dorie Clark, dosen program MBA di Duke fuqua School of Business yang juga penulis buku laris Reinventing You (Harvard Business Press, 2013), memaparkan bagaimana mengidentifikasi ide yang akan membuat kita berbeda dari lainya dan bagaimana kita bisa mempromosikan ide tersebut menjadi sukses.
Menjadi tought readers bukan sekedar opsi lagi, tetapi merupakan keharusan. Kita tidak seharusnya membiarkan semua ide terbaik kita berdiam dalam diri kita. Kita dapat mengubah dunia menjadi lebih baik bila ide kita didengarkan dan diikuti.
Langkah pertama adalah mencari ide dan inspirasi. Semua pemikir terkenal pasti terkenal karena satu (atau lebih) ide: Albert Einstein terkenal karena teori relativitas, Newton karena teori gravitasi, dan sebagainya. Semua ide tersebut pasti berasal dari inspirasi sehingga pertanyaan pertama adalah: bagaimana mencari inspirasi? Dorie mengungkapkan, inspirasi bisa didapatkan dengan tiga cara: mempertanyakan asumsi, menanyakan what’s next dan menanyakan apa yang kita pelajari dari pengalaman kita sendiri. Dengan kata lain, mengembangkan ide besar tidak membutuhkan genius. Yang dibutuhkan adalah keahlian yang kita semua sudah miliki: kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang tepat, menantang asumsi biasa dan mendengarkan insting kita.
Selain mencari ide besar ( seperti Robert Cialdini dengan ilmu persuasinya), kita juga dapat mengembangkan ide yang niche. Penulis buku ini sendir mulai mem-blog untuk Harvard business Review pada 2010. Artikel keduanya “ How to Reinvent Your Personal Brand” dengan panjang hanya 170 kata mendapat ratusan komen sehingga editornya memintanya untuk menulisnya menjadi artikel di majalah Harvard Business Review. Sudah itu, tiga agen buku menghubunginya, dan pada 2013 Harvard Business Press menerbitkan bukunya Reinventing You yang menjadi best seller. Contoh lainya, Josh kaufan yang membaca buku bisnis top dan menulisnya menjadi buku The Personal MBA.
Cara kedua adalah dengan menyajikan data riset yang baru. Michael Waxenberg, seorang direktur TI, menjadi ahli harga properti di Upper West New York dengan menulis laporan yang detail tentang apertemen multi-bedroom yang dibangun sebelum perang di situs web StreetEasy.
Yang berikutnya, mengombinasikan ide. Ini bisa dilakukan dengan belajar dari bidang ilmu lainya. Eric Schadt, misalnya, mrngombinasikan latar belakang matematikanya dengan biologi menjadi Ph.D. dalam biomatematika. Eric Ries mengombinasikan learn manufacturing dari Toyota dengan budaya perusahaan starup menjadi buku dan gerakan lean Start-up
Sesudah mendapat inspirasi dan ide, langkah berikutnya adalah membuat framework. Robert Cialdini merangkum ilmu persuasinya menjadi kerangka reciprocation, commitment and consistency, social proof, liking, authority dan scarcity. Kerangka ini dapat dipakai untuk menjelaskan semua “mengapa” di balik persuasi. David Allen memakai cara kerja collect-process-organize-review-do untuk menjelaskan bagaimana Getting Things Done (GTD) bekerja.
Sebagai seorang ahli, tentu saja kita harus memiliki pengikut. John Corcoran, penulis blog dan podcast Smart Business Revolution, Mewawancarai pemimpin dan tokoh terkenal untuk membangun jaringanya. Cara lainya untuk membangun jaringan adalah dengan memakai afiliasi. Konsultan Robbie Kellman Baxter dengan status alumni Stanford GSB-nya melakukan volunter.Misalnya menulis dimajalah alumni, membantu mengatur alumni dan mengadakan Strategy Breakfast series untuk membangun jaringanya.

Pengikut kita juga bisa dibangun dengan blog. Penulis buku ini menceritakan kesulitannya menjual naskah bukunya sebelum dia menjadi terkenal karena menulis blog di Harvard Business Review. Untuk men-scale usaha kita, kita juga dapat menjawab pertanyaan di platform dengan pembaca yang banyak sekali seperti Quora. Cara lainya adalah dengan menulis buku. Mike Lyndon menulis buku Tactical Urban ism: Short Term Action, Long Term Change yang dibagikan gratis. Buku ini membantu perusahaanya menjadi terkenal.
Berikutnya, membangun komunitas. Seth Godin memberikan internship enam bulan yang sangat kompetitif dengan tingkat yang diterima hanya 2,5 %. Komunitas juga harus dibangun dengan cara yang fun. Melihat komunitas doi Boston yang tersekat-sekat. Robbie Samuels membentuk Socializing for justice (sojust) dimana pendukung non-profit berkumpul untuk bersosialisasi, misalnya Bowling for Justice dan Cocktails for Justice. Dalam kurun waktu delapan tahun, Sojust telah berkembang menjadi 2.400 anggota.
Buku ini ditutup dengan bab mengenai bagaimana mempraktikan semua teori di atas, yakni harus dimulai dengan refleksi. Memberikan ruang untuk pemikiran yang diam akan memberikan keuntungan tersendiri di era serba cepat kini. Mandi dapat menjadi salah satu tempat untuk mencari inspirasi kreatif. Pada saat Seth Godin mencari ide nama untuk internet Marketing, dia mengasingkan diri , termasuk mandi selama 1 jam. Hasilnya dia menemukan perkataan Permission Marketing yang menjadi judul buku best sellers-nya pada 1999. Selain itu, begitu berhasil menemukan idenya, dia hanya membutuhkan waktu enam minggu untuk menyelesaikan buku tersebut.
Setiap bagian buku ini selalu terdapat bagian “ask yourself”sebagai pertanyaan reflektif untuk kita renungkan.
Pada akhirnya, semua akan bermuara pada bagaimana kita akan mendapatkan nafkah dari keahlian kita. Seth Godin tidak segan-segan meminta bayaran yang tinggi untuk bicara memungkinkanya melakukan beberapa hal secara gratis. Sesudah sukses dengan bukunya Million Dollar Consulting, Alan Weis membuat program menitoring dengan harga US$ 3500 per orang. Targetnya hanya 12 orang yang mendaftar, tetapi kenyataanya lebih 12 orang yang mendaftar. Selama 1996-2013, diperkirakan tak kurang dari 2000 orang yang dimentor secara komersional oleh Weiss.
Penulis buku ini sendiri juga mendapart nafkah dari berbagai cara: menjadi kosultan untuk strategi pemasaran dan media sosial, mengajar pendidikan eksekutive coaching. Selain itu, kita juga dapat membuat produk (workbook atau program yang dijual online),sponsorship, ataupun pekerjaan penuh waktu, misalnya menjadi dosen ataupun konsultan.
Meraih kesuksesan sebagai seorang pakar bukan hal yang mudah. Daniel Pink dengan sengaja memberikan alamat surat elektroniknya di semua buku dan situs web dan dia sendiri yang menjawab semua surel yang masuk. Tom Peters, mantan konsultan Mckinsey yang sukses dengan buku In Search of Excellence, memberikan 125 sesi bicara setiap tahun.
Sebuah buku yang gampang dibaca tetapi sangat inspiratif. Buku ini ditulis dengan penuh studi kasus dari para ahli seperti Seth Godin, Daniel Pink, David Allen, Robert Cialdini dan Rachael Ray. Sungguh sebuah buku yang luar biasa sehingga
Kita tidak seharusnya membiarkan semua ide terbaik kita berdiam dalam diri kita. Kita dapat mengubah dunia menjadi lebih baik bila ide kita didengarkan dan diikuti.
Mendapat rating sempurna 5 bintang dari 125 review di Amazon.com (28 November 2015) Buku ini juga dilengkapi dengan self assesment untuk stand-out sepanjang 42 halaman yang bisa diunduh gratis dari http://www.dorieclark.com.
If you believe in your vision, now is the time to act. The word needs your voice. Ya, bila anda memiliki ide dan ingin menjadi seorang ahli, inilah buku yang akan menbantu anda untuk bertindak mewujudkanya.
(Edison Lestari) /// dimuat di majalah SWA