
Gereja Stasi St. Agustinus – Rumah Rih, Kabupaten Karo merupakan bagian dari 22 stasi di bawah Paroki St. Fransiskus dari Assisi – Brastagi. Bertempat di pinggir jalan Barusjahe, sesuai data dari Paroki Brastagi, stasi ini mulai dibangun pada tahun 1966 lalu.
Dalam satu kesempatan seusai ibadah Ekarasti bersama Pastor Leo Joosten OFMCap, Ketua Dewan Stasi (KDS) Rumah Rih, Jasa Sabas Barus mengatakan saat ini terdapat sekira 60 Kepala Keluarga (KK) di stasi tersebut. Mayoritas umat setempat mencari nafkah dari bertani. “Hanya sebagian yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil maupun swasta,” ujarnya.
Meskipun telah memasuki jenjang waktu yang lama, namun pemugaran gedung Gereja Katolik Stasi Rumah Rih belum banyak dilakukan. “Inilah sebabnya fisik gedung gereja kita tidak banyak berubah semenjak pertama kali dibangun,” kata Barus kepada Menjemaat.
Akan tetapi, kata Barus, kondisi gedung gereja tersebut tidak mengerdilkan kerinduan umat untuk beribadah. “Tak hanya dalam perayaan hari besar Gereja Katolik, kami para umat tetap semangat dan bergembira mengikuti ibadah Ekaristi. Baik di kala Pastor dapat hadir maupun tidak,” katanya.
Semangat yang besar itu juga menghinggapi diri para pengurus Stasi Rumah Rih. Bersama Wakil Ketua Antoni Ginting dan Sekretaris Elisabeth br Bangun, Jasa Barus gigih melayani aspirasi para umat. “Kadangkala saya merasa terkesima, bila satu waktu ada sahabat umat yang memohon doa untuk memperoleh kekuatan dan semangat dalam menghadapi masalah kehidupan. Namun saya memandang ini sebagai buah berkat sebagai pelayan gereja selama delapan tahun ini,” kata Barus yang telah menjalani peran KDS selama lima tahun, dan sebagai wakil KDS selama tiga tahun berturut-turut.
Sebagaimana umat lainnya, keharmonisan di antara pengurus juga kerap terkendala. Terutama di kala salah seorang dari mereka mendapat pencobaan. “Pencobaan paling berat saya alami, ketika ibu dari anak-anak dipanggil Tuhan. Saya pun harus memangku tanggungjawab melayani umat stasi, sembari berperan sebagai orang tua tunggal,” Barus menuturkan.
Baginya justru tatkala menjalani dua tanggung jawab besar itulah, Tuhan sunggu bermurah hati memberi keluarganya kesehatan da rezeki secukupnya. “Jika saya menyerah, saya ragu dapat berhasil menjalani peran sebagai orang tua tunggal berbarengan selaku Ketua Dewan Stasi.”
Kekompakan seluruh umat dengan pengurus stasi tidak hanya berkutat pada hal-hal berbau rohani saja. Bahkan juga telah menyentuh pada kegiatan sosial. “Walaupun umat kami tidak berpenghasilan besar, kami pernah menggalang bantuan dana bagi para korban pengungsi Sinabung. Tidak banyak yang dapat kami donasikan jika menilik pada jumlah materinya. Namun, ketulusan untuk meringankan beban saudara pengungsi Sinabung juga menginspirasi kami umat Gereja Katolik di Stasi Rumah Rih,” katanya.
Hasil pengumpulan dana tersebut lalu dikirim dan digabungkan dengan donasi lainnya di Paroki St. Fransiskus dari Assisi Brastagi, tutur Barus.

Belum Saatnya Membangun Gedung Baru
Kerinduan umat Stasi Rumah Rih akan gedung Gereja yang baru telah lama terpendam dalam hati mereka. Setelah rembug bersama antara umat dengan dewan stasi, aspirasi tersebut diutarakan kepada Pastor dan Dewan Paroki Brastagi semenjak dua tahun lalu.
“Namun, hasil kajian Pastor dan Dewan Paroki menyarankan bahwa belum saatnya membangun gedung baru. Ini dikarenakan tapak halaman gereja saat ini tak lagi memadai untuk membangun gedung gereja yang baru,” Barus mengatakan.
Menurut Barus, RP Moses Elias Situmorang OFMCap selaku Pastor Paroki Brastaggi merekomendasikan agar umat memugar beberapa bagian fisik gedung gereja mereka saat ini. “Pemugaran ini dilakukan berbarengan dengan proses bertahap dalam pembangunan gedung gereja yang baru. Hingga kini, kami telah merehab seluruhnya bagian atap gereja yang lama. Dan beberapa bagian dinding kayu yang telah keropos,” Barus menjelaskan.
Tidak hanya melalui pengumpulan dana tunai umat yang rutin digelar setiap hari Minggu di gereja, aksi penggalangan uang tersebut juga digelar di masing-masing doa lingkungan. “Untuk memudahkan donor dari luar daerah, kami juga telah menyiapkan pengiriman bantuan melalui transfer bank,” terang Barus. “Untuk pengiriman bantuan bisa dikirim melalui Rekening No. 5268-01-001305-53-1 di Bank BRI Unit Barusjahe – Kabanjahe, atas nama: Gereja RK Stasi Rumah Rih.”
Mewakili umat Stasi Rumah Rih, Barus hendak mengetuk hati para umat Katolik di Keuskupan Agung Medan kiranya berkenan membantu rehab dan pembangunan gereja di Stasi Rumah Rih. “Terutama sekali bagi para pejabat dan tokoh masyarakat Katolik di Keuskupan Agung Medan. Hadirnya gedung gereja yang baru tidak hanya milik umat Stasi Rumah Rih saja, namun juga seluruh umat Katolik dunia dan Keuskupan Agung Medan,” ia berujar.
Namun, ia mengimbuhkan, umat Stasi Rumah Rih tetap semangat dan tekun dalam iman kepada Tuhan meskipun kini masih harus memberdayakan gedung gereja yang lama. “Gedung gereja mungkin telah rapuh digerogoti zaman. Tetapi iman umat yang bernaung di bawah gereja ini tidak akan rapuh, hingga menanggalkan keyakinan kepada Tuhan,” kata Barus.
Pengharapan tersebut ia lontarkan sejalan dengan perjuangan dan kekompakan umat Stasi Rumah Rih. “Kami tetap rukun menerima berkat dari Tuhan, tanpa mengeluhkan bagaimana keadaannya. Inilah yang menyatukan kami para umat Stasi Rumah Rih. Iman yang teguh tak akan terpengaruh seperti benda dunia yang rapuh seiring waktu berjalan.”
(Ananta Bangun)
//// ditulis untuk majalah Keuskupan Agung Medan, Menjemaat (edisi November 2014)
