
Sebuah bangunan hanyalah benda mati yang tak pernah bertutur kata. Dengan demikian ia kerap disebut ‘saksi bisu’ akan peristiwa atau gagasan di sekitarnya. Namun tak dipungkiri, bangunan bisa menyampaikan pesan sarat ilham dibandingkan tutur lisan belaka. Di Graha Maria Annai Velangkanni, hal tersebut bukan sekedar pesan biasa, namun mewakili pewartaan Injil. Atau kerap juga disebut Evangelisasi.
***
Sebelum masuk ke Graha Maria Annai Velangkanni, kamu harus ganti kacamatamu. Demikian Pater James SJ mengawali bincang dengan Menjemaat. Penulis sempat tersentak, karena memang mengenakan lensa. Namun, Rektor graha bercorak multi etnis tersebut bukan hendak berjualan alat bantu penglihatan. “Pakailah kacamata (perspektif) iman. Nanti kamu akan melihat sabda-sabda Allah di dalam ini (Velangkanni). DIA akan memperlihatkan diri bagi siapa yang mau membuka hatinya.”
Imam Jesuit asal India tergerak hati agar Menjemaat mengulas Velangkanni sebagai tempat menumbuhkan semangat Evangalisasi, berkenaan topik senada yang telah dimuat di edisi November 2017 lalu. “Graha Maria Annai Velangkanni dibangun untuk sarana evangelisasi. Graha Maria ada untuk pewartaan evangelisasi,” ujarnya.
“Hampir 6 tahun belakangan ini, saya sudah mengevangelisasi ratusan orang yang datang kemari,” ujar Pater James. “Baik dengan berbincang bersama ataupun dengan membagi-bagikan brosur mengenai Velangkanni. Seperti (brosur) ini menjelaskan tentang makna warna-warni di graha ini.”
“Saya sendiri, setelah tujuh tahun, baru memahami arti warna-warna dalam graha ini. Mula-mula saya tidak peduli dengan warna ini. Saya suruh tukang untuk mengecat saja. Tapi, pada akhirnya saya ternyata sungguh dalam makna setiap warnanya,” dia menuturkan.
“Tuhan sudah menyediakan sarana katakese untuk memperdalam iman via Graha Maria Annai Velangkanni. (Maka) datang lah ke tempat ini (Velangkanni). Secara pribadi bisa datang, dengan keluarga juga bisa datang. Di sini adalah tempat untuk perjalanan dan pendalaman iman,” kata Pater James, seraya menegaskan bahwa tempat peziarahan iman tersebut adalah karya Allah. Bukan dirinya. “Beberapa arsitek pun heran, bagaimana saya desain ini. Saya sampaikan bukan karena saya, tapi karena Tuhan.”
Menurut Pater James, kita bisa saja terkagum-kagum dengan fisik Velangkanni. Namun, ada pesan lebih mendalam terkandung di dalamnya. Yakni sebagai Alkitab yang hidup. “Ini lah Graha Maria. Bangunannya menjelaskan misteri keselamatan yang datang dari Tuhan Yesus. Kalau suatu kali Alkitab hilang, kita bisa menuliskannnya kembali dari Graha Maria,” ujarnya. “Karenanya janganlah mengunjungi Velangkanni, hanya untuk foto-foto saja.”
Sejak mula Pater James merancang agar Velangkanni menjadi rumah doa inklusif, sehingga insan non-Kristen juga senang berkunjung. “Saya membuat ini bukan sebagai gereja tetapi Rumah atau Graha Maria. Tidak ada orang yang tahu bahwa ini adalah Gereja. Hanya, kita umat Katolik yang mengatakan bahwa ini adalah Gereja,” katanya. “Di luar graha ini, sengaja saya tidak kasih nama gereja. Jika tidak, orang pasti risih untuk masuk, karena mendapati nama gereja. Karena itu, hingga kini baik pengunjung beragama Muslim, Hindu, Buddha juga senang datang. Selain, tentu saja, para umat Kristen.”
Tetapi, menurut catatan pengunjung yang dikumpulkan pihak Velangkanni, peziarah beragama Protestan lebih banyak daripada Katolik sendiri. “Bahkan, ada peristiwa unik. Ketika seorang umat Katolik mengaku baru mengetahui Velangkanni dari pengunjung beragama Muslim,” kata Pater James. “Menurut saya, demikianlah terjadinya evangelisasi di Velangkanni. Setiap peziarah yang membuka hati akan menemukan pengalaman baru, dan berkenan berbagi inspirasinya dengan sesama.”
“Saya sendiri, setiap hari mendapat pengalaman iman yang baru. Saya tidak memandang Velangkanni sebagai benda mati,” katanya. “Secara khusus peziarah Kristen, hendaknya menumbuhkan semangat iman, dengan bertanya: ‘Siapakah Yesus itu?’, Dia adalah Putra Bunda Maria. ‘Siapakah Bunda Maria?’, dia yang mengandung Yesus; dia yang mengikuti Yesus dalam suka dan duka, dan bahkan menemani Dia hingga mati. Siapa yang lebih mengenal Yesus selain Maria di kalangan manusia? Maka, kita bisa berkata “Kenalkanlah pada kami, Putramu, Yesus Kristus.””

Tuhan, kini Engkaulah yang memegang tangan-ku
Bagi Pater James, Velangkanni adalah satu misteri iman dari Tuhan. Tidak dapat dimengerti oleh akal budi manusia. Hal ini dia tuturkan ketika mengenang kembali keputusannya untuk meninggalkan misi di Indonesia. Itu bisa terjadi bila dirinya urung mengikuti retret yang dibimbing almarhum Anthony de Mello SJ. Dia adalah seorang Imam Yesuit yang dikenal sebagai guru spiritual, penulis dan pembicara publik dari India.
“Saya pernah turut retret dengan Anthony de Melo, SJ. Sebab saya tengah mengalami krisis iman. Setelah pengalaman dengan orang-orang di Kampung Kristen. Saya mau buang, tinggalkan misi saya di sini (Keuskupan Agung Medan, Indonesia),” katanya. “Tapi, sebelumnya saya mau retret untuk memohon anugerah Tuhan. Pada waktu itu saya mendapat kabar tentang retret. Pendaftaran sudah tutup. Tapi saya tetap mendaftarkan diri. Dan dia bilang datang saja.”
“Pada saat itu saya mendapat pencerahan. Dia bertanya, seolah Tuhan yang berkata, “Kenapa kamu mau keluar?” Dan saya menjawab dengan jujur permasalahan saya,” imbuh Pater James. “Dia bilang, barangkali saya yang pegang tangan Tuhan. Saya mengajak Tuhan kemana saya mau. Di situ saya mulai sadar dan berkata: Tuhan, mulai saat ini. Tuhan lah yang pegang tangan saya. Bawalah kemana-mana Kamu mau pergi. Suruh saya apa yang harus saya buat.”
Pertemuan tersebut melahirkan pemahaman baru bagi Pater James. “Ini adalah mysterious guiding, atau tuntunan Tuhan. Banyak orang tidak melihat itu, tetapi saya pun belajar mengerti, kenapa Tuhan menciptakan saya ke dunia ini.”
Ketika Uskup Agung Medan, (pada masa itu) Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara OFM Cap memberi tugas bagi Pater James untuk membangun pusat peziarahan iman. Dia mengaku, tidak ada menyinggung kebutuhan dana dan lainnya. “Malah Uskup yang tanya. Saya bilang, tidak Tuhan mungkin tak mencukupkan kebutuhan untuk membangun Velangkanni ini. Maka saya tidak akan gagal. Saya sendiri tidak tahu bagaimana saya bisa dapat wujudkan ini. Sebab, saya tidak pandai merayu orang untuk memberi bantuan materiil.”
Pater James berkata, dirinya kini hendak meresapi kepuasan panggilan. Tidak sekedar kepuasan hidup. ““Saya tidak begitu peduli, apakah saya sukses atau saya gagal. Saya bilang jika memang saya gagal, ya memang itu itulah kehendak Tuhan.
“Maka, saya siap berbahagia. Menunggu waktu-Nya. Untuk menerima anugerah seperti St. Paulus bilang: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman (2 Timotius 4:7),” ucap Pater James dengan seulas senyuman.

Penjelasan warna-warni di Graha Maria Annai Velangkanni
Terdapat tujuh warna menyemat Graha Maria Annai Velangkanni. Sungguh unik, bahwa Pater James juga mengetahui makna pelangi warna tersebut setelah tujuh tahun melayani di graha tersebut. Berikut penjelasan makna masing-masing warna tersebut:
* HITAM. Terdapat di jalan beraspal hitam dari pintu masuk graha. Hitam melambangkan dosa manusia. Jalan ini sendiri dirancang seperti gambar manusia rebah menyembah Allah (yang disimbolkan dengan menara tujuh lantai Graha Maria Annai Velangkanni).
* ABU-ABU. Warna ini mendominasi hampir seluruh bagian di Graha Annai Maria Velangkanni. Warna abu-abu (debu) merupakan lambang pertobatan. Graha Maria, oleh makna warna tersebut, menyatakan pertobatan bagi semua insan yang hendak datang pada-nya.
* PUTIH. Warna ini memaknai manusia yang memohon belas kasih Allah, agar dirinya disucikan seperti Allah sendiri.
* MERAH. Merah menandakan pengorbanan sepanjang hidup bagi insan agar pertobatan dalam hidupnya dapat menjadi suci.
* HIJAU. Pater James menjelaskan, ketika manusia melepas hidup duniawi melalui pengorbanan kepada Allah dan sesama. Maka, dia akan beroleh hidup baru dari Allah. Hijau adalah lambang kehidupan.
* BIRU. Ketika manusia telah menerima hidup baru dari Allah, maka dia berhak memasuki surga.
* EMAS. Warna emas terdapat pada kubah ata Graha Maria Annai Velangkanni. Arti dari warna ini ialah saat manusia memasuki surga, Allah akan memberikan kehidupan kekal nan mulia.
(Penulis & Layout: Ananta Bangun | Editor: RP James Bharataputra SJ, Rm. Santo OSC)
//// ditulis dan didesain untuk majalah Keuskupan Agung Medan, Menjemaat