
Fenomena “Kekristenan/ Kekatolikan hanya berlaku untuk satu generasi” masih membayangi banyak umat Katolik. Maksudnya, orang tua Katolik merasa selesai tugasnya bila sudah membaptis & menyekolahkan anak di sekolah Katolik. Sangat kecil kemungkinan orang tua mempersiapkan bagaimana anak tersebut mengalami penginjilan dalam dirinya. Itulah sebabnya banyak sekali (tentu tidak semua) orang katolik yang belum mengalami diri pribadinya diinjili, apalagi menginjili orang lain.
Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) bertujuan untuk menyentuh dimensi lama yang bernama Penginjilan dan memperbaharuinya, supaya umat mengalami diri pribadinya Diinjili (oleh Yesus sendiri) sehingga pada gilirannya mau Menginjili (menjawab panggilan Yesus), seperti pesan yang disampaikan para Imam pada saat Ekaristi usai: “Pergilah kita di utus.”
Roni Antonius Sitanggang, umat Paroki St. Antonius dari Padua – Hayam Wuruk, menekankan pentingnya semangat evangelisasi – melalui KEP – bagi umat Katolik. “Evangelisasi adalah semangat gereja dalam pewartaan iman. Setiap anggota Gereja berkewajiban berevangelisasi dalam kehidupannya. Inilah yang kita sebut dengan evangelisasi hidup. Dalam mewujudkan evangelisasi hidup ini.”
Bagi Anggota Seksi KEP di Paroki Hayam Wuruk, dirinya tertantang untuk menampilkan corak hidup yang sesungguhnya sebagai pengikut Kristus. “Dengan harapan ketika orang lain melihat corak hidup saya, mereka semakin mengenal corak hidup pengikut Kristus Juru Selamat kita. Dengan demikian nama Tuhan pun semakin dimuliakan. Ad maiorem Dei Gloriam,” tutur suami Maristella Situmorang.
Pengalaman iman senada juga dilontarkan umat Paroki Kristus Raja – Medan, Jenny Zein. “Berbeda dengan kegiatan kharismatik lainnya, menurut saya KEP lebih anteng. Mengubah diri dari dalam secara perlahan, tetapi mantap. Ketika mengikuti KEP ini, saya dibawa kembali ke masa lampau. Yakni, mengingat dan melihat hal-hal yang telah terjadi dalam hidup saya,” kenang Jenny.
Setelah menjalani kursus tersebut, Jenny menyadari KEP sangat berguna untuk pertumbuhan iman pribadi sekaligus menambah bekal wawasan untuk pelayanan. ”Kini saya menjadi lebih mengerti rencana pengudusan Allah, menyadari kasih Tuhan yang begitu besar, dan menyadari hanya semata karena anugerah dan kasih setia-Nya lah, saya boleh hidup dalam keadaan seperti saat itu.”
Imbas pertumbuhan iman juga dialami keluarga Denri Tambunsaribu (umat Paroki St. Stefanus Martir – Pematang raya), dan keluarga Israel Sitepu dari Paroki St. Fransiskus Assisi – Brastagi.
“Saya berharap KEP tetap diadakan di Paroki Pematang Raya, karena sangat berarti bagi kehidupan iman para keluarga Katolik,” ucap Denri. “Tidak hanya bagi pengurus gereja, namun juga keluarga-keluarga muda yang saat ini mengalami banyak tantangan.”
Pasca mengikuti KEP yang diselenggarakan Komisi Evangelisasi KAM, pada tahun 2015 lalu, ayah satu putra ini mengakui semangat melayani via gereja turut tumbuh dalam dirinya.
Israel Sitepu juga mengapresiasi dampak KEP yang telah diikutinya. “Sungguh mengubah hidup saya pribadi dan keluarga saya, karena saya mengajak juga istri dan anak-anak pada kursus.”
Suami dari Dewani Ginting mengimbuhkan, “Sekarang kalau hari Minggu kami tidak lagi pergi ke ladang. Tapi ke gereja untuk memuji Tuhan. Kami juga sudah lebih rajin ikut perpulungan. Di samping itu, juga rajin membaca Kitab Suci.”

Kiranya Bergema ke Seluruh Paroki di KAM
Jenny masih mengingat kala pertama mengikuti KEP pada tahun 2009. “Itu adalah program KEP yang pertama sekali diselenggarakan di Keuskupan Agung Medan (KAM),” tuturnya. Sebagai aktivis kharismatik, bagi Jenny turut dalam KEP adalah sebuah kewajiban. Dia sungguh bersyukur bahwa KEP yang semula program kharismatik telah menjadi program rutin di KAM.
“KEP sangat berguna untuk pertumbuhan iman pribadi sekaligus menambah bekal wawasan untuk pelayanan. Sejak tahun 2009, Saya rindu agar lebih banyak orang yang bisa merasakan apa yang saya rasakan dalam mengikuti KEP. Yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi harus dialami sendiri.”
Roni menyadari menjalani perutusan dalam KEP bukanlah hal mudah. “Saya pernah ikut kursus KEP di Wisma Katolik Jalan Pemuda. Tetapi saya lupa tahun berapa itu. Kesan saya, kegiatan ini bagus dan sesuatu hal yang baru serta menantang sebab kita sebagi pengikut Kristus. Sebab kita dituntut untuk bisa berevangelisasi dalam hidup keseharian.”
Guru Agama di SMU St. Thomas 1 Medan ini berharap, materi KEP hendaknya tidak kandas hanya sebagai teori, tetapi diwujudkan di dalam kehidupan nyata.
Sementara, Israel tak menutupi bahwa keluarganya secara bertahap menghidupi perutusan dari KEP. “Kami sekeluarga kini semakin rajin berdoa, seperti berdoa sebelum dan sesudah makan. Tetapi berdoa sebelum dan sesudah tidur serta mendoakan Angelus 3 kali 1 hari (jam 6 pagi, jam 12 siang dan jam 6 sore) belum melaksanakannya tetapi kami akan berusaha melakukannya.”
Bagi Denri sendiri, semangat pelayanan menggereja dari KEP muncul bagai kata mutiara ‘biarlah orang lain bergembira oleh kehadiran-Nya lewat kita.’ ”Jadilah pewarta dan pelayan sebisa mungkin agar banyak orang yang bergembira dan diselamatkan.”
Jenny turut menuturkan pengalaman unik perihal KEP ini. “Ketika Parokus Kristus Raja yang baru ‘menggembalakan’ kami, dia memperbaiki banyak hal dalam paroki. Baik fisik maupun spirit. Parokus juga memulai dari penetapan visi dan misi paroki. Hasil rembug bersama adalah: ‘Membentuk umat paroki yang spiritual’. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan program-program untuk mewujudkan visi dan misi tersebut.”
“Kebetulan saat itu saya termasuk salah satu anggota tim penyusun. Karena kerinduan akan pendalaman iman, saya lalu mengusulkan pelaksanaan KEP sebagai salah satu program dalam mewujudkan visi – misi paroki tesebut. Puji Tuhan, usulan tersebut diterima, dan hingga kini Paroki Kristus Raja sudah lima kali mengadakan KEP, diman jumlah alumni kurang lebih 220 orang.”
Bagi Jenny, ini adalah buah dari KEP, dan juga bentuk kasih Tuhan menjawab kerinduannya. Dia berharap semoga program KEP juga bergema hingga ke paroki-paroki lainya di KAM.
“Agar kita menyadari bahwa mewartakan kabar sukacita ini adalah kewajiban, sebab selain adalah amanat agung dari Kristus sendiri (Matius 28:20). Sadar atau tidak, sebenarnya dalam setiap akhir perayaan Ekaristi kita telah menjawab ‘Ya’ untuk tugas perutusan tersebut. Yaitu ketika Imam mengatakan ‘Pergilah engkau Kuutus.’,” ujarnya.
(Sr. Dionisia Marbun SCMM, Jepri Simarmata, Jansudin Saragih, Ananta Bangun)
/// ditulis untuk majalah Keuskupan Agung Medan – Menjemaat