Seminar & Ekaristi Pesta Emas Stasi St. Laurensius – Simpang Selayang


Ekaristi Pesta Emas Stasi Simpang Selayang (Copyright: Komsos KAM)

Gereja Katolik Stasi St. Laurensius – Simpang Selayang menggelar Seminar “Spiritualitas Santo Laurensius” di komplek stasi, Kamis (10/8/2017), Medan. Dosen dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) St. Yohanes – Pematangsiantar, Sr. Dr. Yosephin Purba KYM menjadi pemateri dalam perhelatan simposium ini.

Ketua Dewan Pastoral Stasi (DPS) Simpang Selayang, Junias Tarigan dalam sambutannya menjelaskan, acara ini merupakan bagian dari perayaan Pesta Emas 50 Tahun Stasi Simpang Selayang. “Kami sungguh berterima kasih atas kesediaan Sr. Yosephin untuk memberi inspirasi tentang spiritualitas St. Laurensius, yang juga Santo Pelindung di Stasi Simpang Selayang,” ucapnya.

Sr. Yosephin mengawali materi bahwa penguatan iman penting diteguhkan, yakni dengan pengetahuan dan penghayatan spiritualitas dari sosok-sosok seperti insan kudus dari Via Tiburtino, Roma tersebut. “Meskipun St. Laurensius telah dianiaya dan tiada pada masa Kaisar Valerius di tahun 258, selama berabad-abad Gereja Katolik mewarisi spiritulitas-nya, yakni: Berpegang teguh pada iman, Bertanggung-jawab atas tugas, Rela berkorban demi misi yang diemban oleh Yesus, Berkontribusi demi perkembangan Gereja, dan kita masing-masing punya panggilan.”

Narasumber Sr. Yosephin Purba KYM, DPS dan Panitia Pesta Emas Stasi St. Laurensius – Simpang Selayang dan beberapa umat (Copyright: Komsos KAM)

Biarawati asal Samosir tersebut juga mendorong agar umat Stasi Simpang Selayang turut menerapkan teladan iman St. Laurensius dalam hidup sehari-hari. “Sebagaimana Tema: “Keluargaku adalah Gerejaku” dan Sub tema: “Kita Tingkatkan Keluarga Berdoa di Stasi St. Laurensius Simpang Selayang”, merupakan nilai yang sangat baik. Seturut dengan panggilan dalam Sinode Keuskupan Agung Medan, bahwa keluarga hendaknya menjadi benteng iman dan tempat utama menumbuhkan iman. Di dalam keluarga, kita dapat mengenal Allah dan juga sosok insan kudus lainnya,” ujar suster alumnus Radboud University Nijmegen ini.

Zakaria Situmorang, Ketua Panitia Pesta Emas 50 Tahun Gereja Katolik Stasi St. Laurensius – Simpang Selayang, menyampaikan apresiasi atas presentasi Sr. Yosephin yang memudahkan umat setempat untuk mengenal sosok sang santo. “Meskipun seorang awam, seperti hal nya kita, St. Laurensius memiliki iman yang teguh. Padahal, dia dan gereja Katolik saat itu adalah komunitas minoritas di bawah tekanan politik Kaisar Roma,” katanya. “Dan semoga kami juga dapat menyerap semangat yang sama dari para tokoh-tokoh umat Simpang Selayang yang penuh semangat membangun Gereja Stasi kita ini.”

Situmorang turut menambahkan, selain seminar, pihak Panitia Pesta Emas Stasi St. Laurensius – Simpang Selayang juga menghelat sejumlah kegiatan lainnya. “Diantaranya: Lomba mewarnai, Novena Santo Laurensius, Aksi Donor Darah, Games Kitab Suci, Pemazmur, Lomba Paduan Suara, Lomba Tari Kreasi, dan sejumlah Pertandinan Olahraga.”

Puncak dari perayaan ini adalah Misa di Jambur Tamsaka – Medan pada Minggu (20/8/2017), yang dipimpin oleh Parokus di Paroki St. Fransiskus Assisi – Padang Bulan, RP. Andreas Elpian Gurusinga, OFM Conv. Dalam sambutannya, Pastor Andreas mengajak umat Stasi Simpang Selayang menyatakan syukur atas perayaan jubileum 50 tahun stasi ini. “Kita patut bersyukur, karena sebelumnya kita (Stasi Simpang Selayang) belum pernah merayakan pesta emas 50 tahun, bukan?” ujar Imam yang ditahbiskan tahun 2002 ini, disambut riuh tawa umat.

Dalam sesi khotbah, Pastor Andreas menyampaikan bahwa ‘iman teguh’ yang menguatkan dan menumbuhkan umat di Stasi Simpang Selayang. “Teladan yang sama telah kita dengar tadi dalam bacaan Injil. Yakni, iman teguh perempuan Kanaan yang memohon belas kasih Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang kerasukan. Meskipun telah ditolak oleh Yesus, dia tak berhenti memohon dengan penuh iman. Semangat inilah hendaknya juga kita miliki agar Stasi Simpang Selayang terus bertumbuh.”

Ekaristi Pesta Emas Stasi Simpang Selayang (Copyright: Komsos KAM)

/// ditulis untuk majalah Keuskupan Agung Medan, Menjemaat