
Jambore Sekami Dua Vikariat Medan – Keuskupan Agung Medan 2017
“Sekami Remaja Mewujudkan Diri dalam DOA dan KESAKSIAN”
Derap hentak kaki, dentum musik dan bahana seruan membuncah di Taman Cadika Pramuka – Medan Johor. Selama dua hari (Sabtu/ 17 Juni 2017 – Minggu/18 Juni 2017), lapangan luas milik Pemerintah kota Medan tersebut menjadi arena Jambore Serikat Kepausan Anak Remaja Misioner (SEKAMI) Dua Vikariat Medan (Katedral dan Hayam Wuruk) – Keuskupan Agung Medan.
“Ini adalah peristiwa istimewa,” ujar Germano Manalu, staf Diosesan Karya Kepausan Indonesia (KKI) Keuskupan Agung Medan. Lembaga penghelat acara megah tersebut. “Sebab Jambore ini merupakan yang pertama dilaksanakan di Keuskupan Agung Medan.”
Merujuk pada kamus bahasa Inggris, istilah ‘Jambore’ berasal dari kata ‘Jamboree’. Makna dari kata tersebut ialah perayaan atau pesta besar yang melibatkan massa dalam jumlah banyak dan riuh. Di samping itu, jambore juga identik dengan perkemahan.
Sekira 650 orang dari 19 Paroki, mayoritas anak cilik dan remaja, menjalani setiap prosesi dengan antusias. “Tim animasi tidak letih mengajak peserta SEKAMI se-dua Vikariat Medan untuk belajar dan berkreasi dalam Jambore ini,” ujar Yolanda Harahap, ketua Seksi Acara, yang didukung para mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Deli Tua serta beberapa Pendamping Sekami dari Paroki di Vikariat Medan Katedral dan Hayam Wuruk.
“Benar. Ini adalah kegiatan yang diperuntukkan bagi anak-anak. Maka, susunan acara telah dirancang sesuai dunia anak-anak: bernyanyi, bermain, kuis hingga menari,” timpal Ketua Pelaksana Panitia, Filemon Falugosa Daeli, kepada Menjemaat. Staf pegawai di perusahaan distributor komputer tersebut mengaku pengalaman menjadi Pendamping Sekami di Paroki Simalingkar B banyak membantunya dalam merancang Jambore tersebut. “Padahal, sebelumnya saya lama jadi pengurus di lingkungan. Sehingga saat ditugaskan jadi pendamping saya sempat sangat kewalahan. Sekarang, justru sudah menikmati. Hehehe.”

Saat matahari tak lagi tepat di atas ubun-ubun, Panitia memandu seluruh peserta dan pendamping Sekami pawai dari Taman Cadika ke lapangan sekolah SMP St. Ignasius Medan. Suhu panas yang mendera lekas ditepis kegembiraan bernyanyi rombongan yang dipilah dengan lima warna seturut perwakilan benua: Kuning (Asia), Putih (Eropa), Hijau (Afrika), Merah (Amerika), dan Biru (Australia). Kirab semakin semarak saat Uskup Emeritus Keuskupan Agung Medan, Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara OFM Cap, Direktur Diosesan KKI KAM, RP Martinus Nule SVD, dan Direktur Nasional KKI Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), RD Nur Widi turut berbaur dengan rombongan.
“Penyebutan ke-lima benua tersebut ada artinya,” kata Pastor Martin menjelaskan makna semangat misioner Sekami dalam Jambore ini. “Terkait situasi global yang sedang mengalami krisis perdamaian. Agar mereka disadarkan untuk tidak melawan, tetapi berdoa agar sukacita muncul di tengah-tengah masyarakat.”
Imam Soverdi murah senyum ini mengatakan, dalam jambore ini masing-masing peserta diberikan rosario misioner. “Dan mereka dituntut berdoa satu kali sehari kepada diri sendiri dan kepada semua orang di dunia. Sebab itu rosario ini memiliki lima warna, yang masing-masing melambangkan lima benua dunia, yaitu merah (Amerika), putih (Eropa), hijau (Afrika), biru (Australia), kuning (Asia),” ujar Pastor Martin, sembari mengingatkan para anak Sekami agar disiplin menggunakan rosario untuk mendaraskan Doa Angelus setiap hari.
Secara simbolis, Mgr. Pius, Pastor Martin dan Pastor Widi juga turut memberkati dan melepas balon rosario misioner – dalam rupa kelima warna benua tersebut – disaksikan seluruh peserta Jambore, seusai pawai.
Mgr. Pius dalam kata sambutannya, mendorong agar anak-anak Sekami teguh dalam semangat bermisioner. “Dan juga lakukan semangat 2D dan 2K: Doa, Derma, Kurban, Kesaksian.”

Merangkul Pilar Masa Depan Gereja
Pastor Widi mengatakan, Gereja Katolik memberikan perhatian yang besar terhadap perkembangan iman dan moral anak-anak dan remaja Katolik. Sebab itu, pihak gereja selalu memberikan bimbingan yang benar dan berkelanjutan terhadap anak-anak dan remaja khususnya untuk merespons perkembangan dunia saat ini yang cenderung membawa dampak buruk.
“Jambore ini adalah satu dari sekian banyak upaya Gereja Katolik untuk memperhatikan pengalaman iman anak-anak dan remaja. Mereka perlu mendapatkan pembinaan dan penguatan iman, apalagi saat ini situasi dunia dan lingkungan sekitar mereka sangat pelik dan mengancam psikologi, seperti kurangnya pengetahuan iman, bahaya narkoba, arus-arus besar radikalisme, termasuk dampak teknologi komunikasi dan informasi yang bertentangan dengan nilai-nilai injil dan nilai-nilai kebangsaan,” kata Pastor Widi di Taman Cadika, Minggu (18/6/2017).
Pastor Martin mengatakan jambore ini penting sebagai sarana untuk mempersekutukan kelompok-kelompok yang ada di Gereja Katolik. Selain itu untuk memotivasi anak-anak dan remaja agar bangga sebagai umat Katolik serta berani mewartakan iman dan injil, tidak hanya kepada teman-temannya, tetapi kepada keluarga dan bangsa ini.
“Jambore yang dilaksanakan di Medan ini adalah jambore terbesar kedua setelah jambore serupa yang diselenggarakan di Bali pada beberapa waktu lalu. Jambore kali ini merupakan perwujudan nyata dari hasil sidang Sinode ke-6 Keuskupan Agung Medan, di mana anak-anak dan remaja mendapatkan perhatian khusus, dalam rangka tema besar, yaitu keluarga sebagai gereja rumah tangga,” ujar Imam asal Timor.
Turut menimpali, Helena Lumban Gaol (Sekretaris Panitia) dan Sri Ulina Ginting (Bendahara Panitia), berharap acara seperti ini rutin dilaksanakan, supaya anak-anak dan remaja Katolik antar paroki dapat saling bergaul, mengenal satu sama lain. “Jika memungkinkan anak-anak dan remaja antar stasi juga dilibatkan, tidak hanya vikariat, agar misi ini sampai pula ke pelosok desa, tidak hanya kota-kota,” ujar mereka.
Dari sisi peserta, Robeka Hutasoit, Sekami dan Misdinar dari Paroki Padang Bulan mengaku beroleh pengalaman mengesankan selama Jambore ini. “Acaranya seru, makanannya juga enak-enak. Dan juga bisa bawa pulang barang kenangan yang menarik, seperti rosario misioner,” ucap remaja cilik. “Harapannya, Jambore berikutnya kalau bisa dibuat seperti outbound ya.”
Sementara Laurensius Gurusinga, pendamping Sekami dari Paroki Tuntungan, berharap ke depannya masalah keamanan menjadi perhatian bersama. “Terutama dalam sistem pengamanan tenda. Sebab hampir setiap orang bebas keluar masuk tenda, tanpa dihadang tanda pengenal.”
“Namun sungguh banyak mendapat inspirasi baru tentang Sekami dan misioner. Animasi dan lagu sangat bervariasi, ditambah games dan serta interaksi yang menguatkan kekompakan dengan sekami dari Paroki-paroki lain. Sehingga kami semua tidak merasa bosan menjalani setiap bagian acara,” aku Laurensius.
Germano menambahkan, dalam tahun ini, kegiatan Jambore tersebut tidak hanya berlangsung di dua Vikariat Medan saja. “Dalam waktu dekat, Vikariat Aek Kanopan juga hendak menghelat Jambore Sekami. Wah, luar biasa. Dua Jambore Sekami dalam satu tahun ini,” ucap pria berlensa ini, kepada Menjemaat.
Proficiat bagi Jambore Sekami Dua Vikariat Medan! Semoga sukses juga bagi Jambore Sekami di Vikariat Aek Kanopan!
(Ananta Bangun) /// ditulis untuk majalah Menjemaat dan majalah online Lentera
Galeri Foto









2 (Copyright: Komsos KAM)