
Secara tradisi, Gereja Katolik mendedikasikan bulan – bulan tertentu untuk devosi tertentu. Bulan Mei yang sering dikaitkan dengan permulaan kehidupan, karena pada bulan tersebut di negara- negara empat musim mengalami musim semi atau musim kembang. Maka bulan ini dihubungkan dengan Bunda Maria, yang menjadi Hawa yang Baru. Hawa sendiri artinya adalah ibu dari semua yang hidup, “mother of all the living” (Kej 3:20). Devosi mengkhususkan bulan Mei sebagai bulan Maria diperkenalkan sejak akhir abad ke 13. Namun praktek ini baru menjadi populer di kalangan para Yesuit di Roma pada sekitar tahun 1700-an, dan baru kemudian menyebar ke seluruh Gereja di dunia.
Menjemaat edisi ini mengulas penghayatan devosi pada Bunda Maria tersebut di mata seorang Imam. Rektor Graha Maria Annai Velangkanni, RP James Bharataputra SJ berkenan menuturkan penghayatan tersebut. “Sejak kecil saya bersama adik (Rosalia Mary) telah diajarkan oleh Bapak (A.S. Irudayam Pillai) dan Ibu (K.S. Sandanammal) mengenal Santo/ Santa dan Malaikat dalam Gereja Katolik. Terutama sekali, saya lebih nyaman mengenal dan berdevosi kepada Bunda Maria,” tutur Pastor James kepada Menjemaat, pada Rabu (5/4) di pelataran tempat tinggalnya.
Imam Yesuit tersebut mengaku prihatin bahwa semangat berdevosi di kalangan umat di Keuskupan Agung Medan kurang bertumbuh. “Di India, sebagaimana negara koloni Spanyol, Prancis dan Portugis, umumnya mewarisi semangat devosi nan kuat. Bagi sebagian orang mungkint terdengar aneh, namun di India Selatan sosok St. Antonius dari Padua lebih dikenal daripada Yesus,” ujar Imam bernama lahir Irudayam Singarayar Sebastian James.
“Tempat kematian St. Yohanes de Britto, Yesuit yang menjadi martyr di India, juga menjadi destinasi devosi paling banyak dikunjungi umat Katolik India. Lokasi di mana dia dibunuh (tempat darahnya tertumpah) tanahnya berwarna merah, seberapa dalam pun kita hendak menggali. Bisa dikatakan bahwa kami selalu menikmati merayakan pesta-pesta pelindung dan berziarah di tempat meninggalnya sang martir.”
Dia menjelaskan, desa tempat kelahirannya, Michaelpatnam, 100% adalah umat Katolik. Seluruh penduduk telah biasa turut misa Ekaristi pada pukul lima pagi. Yakni, sebelum memulai aktivitas sehari-hari, seperti bertani ke ladang. Pada sore harinya, sebelum makan malam, setiap anak-anak dan beberapa orang dewasa didorong belajar agama Katolik di gereja setempat. “Setelah belajar agama, barulah masing-masing keluarga berdoa bersama untuk menikmati makan malam. Karena itu, semangat Keluarga sebagai Gereja Kecil telah lama diterapkan di India. Umat Katolik di Indonesia hendaknya berkunjung dan melihat ke Gereja Katolik di India.”
Menurut Pastor James, Gereja Katolik kini semakin kurang menyematkan patung-patung orang kudus dan malaikat. Keadaan ini, katanya, turut mengurangi penghayatan terhadap devosi melalui Bunda Maria. Banyak yang terpengaruh pada kritik bahwa umat Katolik seolah menyembah patung ataupun berhala.
Padahal, dia menambahkan, tentu sangat sulit menyatakan iman pada sesuatu yang tak diketahui atau dikenal. “Mereka bukan menyembah patung, tapi untuk mengenal bagaimana sosok-sosok kudus dan malaikat tersebut. Saat iman kita meyakini bahwa devosi melalui teladan Santo dan Santa, seperti Bunda Maria, maka kita akan melihat misteri Tuhan sehingga konsep patung menjadi hilang. Demikian juga akal budi kita sebagai manusia biasa. Kita pun turut hanyut dalam penghayatan bahwa melalui sosok orang kudus seperti bunda Maria, saya dapat mengenal misteri Tuhan.”
Pastor James mengatakan, bila secara langsung hendak menjadi Yesus tentu agak sulit. “Maria bisa menjadi panutan. Kepada bunda Maria, kita pergi kepada Ibu. Kalau orang yang tidak punya cinta kepada Ibu, mereka sulit mengerti ini. Karena dalam pendidikan keluarga, anak secara alami dekat kepada Ibu. Karena seperti anak yang merasa nyaman dan bahagia dalam rahim Ibunya. Secara iman kita juga bisa merasa nyaman dalam kasih Bunda Maria.”
“Saya juga teringat, pada tahun 1954, pernah ada gerakan sedunia dari Gereja Katolik. Yakni gerakan ‘Doa Keluarga’, dengan semboyan “The Family that Prays Together, Stays Together.” Iman tidak bisa lari dari keluarga, jika tradisi berdoa bersama benar-benar dihayati.”
Menemukan Keajaiban
Dalam pandangan Pastor James, pengalaman hidup devosional hendaknya berlangsung sehari-hari. “Di kalangan umat KAM, banyak keluarga yang beribadah hanya setiap hari Minggu. Nah, bagaimana di antara rentang hari untuk Minggu berikutnya? Lebih banyak kosong. Nah, demikian juga hidup berdevosi tidak cuma di masa puasa saja. (Hendaknya) sepanjang tahun.”
“Saya pernah diminta sharing tentang pengalaman iman berdevosi kepada para Imam-Imam di KAM. Saya menyampaikan bahwa devosi adalah satu ekspresi yang nyata untuk iman yang saya punya. Oleh karenanya saya harus menghayati bagaimana berdevosi kepada Bunda Maria membantu saya dalam mengenal Yesus secara utuh.”
Pastor James menambahkan, karena imannya seseorang bisa mengalami keajaiban dalam kehidupan. Hal tersebut sering dialami, namun tak disadari karena kurangnya pengenalan akan anugerah Tuhan. “Keajaiban dari anugerah Tuhan tidak harus selalu yang bersifat besar ataupun spektakuler. Dengan menyadari bahwa hidup ini adalah sebuah anugera juga pembelajaran mengetahui keajaiaban dari Tuhan sendiri.”
Napaktilas misionaris hingga diutus Tuhan dalam membangun Graha Maria Annai Velangkanni sejak tahun 2005, bagi Pastor James adalah sebuah keajaiban. “Bagi saya sendiri, Velangkanni sendiri adalah sebuah keajaiban. Kebanyakan orang tidak melihat, karena merasa tidak rasional. Karena kita mengandalkan kepandaian diri sendiri. Suruh lah satu orang denan mengandalkan kepandaian untuk membuat Velangkanni sendiri. Apakah bisa? Saya sendiri tak bisa bila tanpa anugerah dari Tuhan.”
“Selama 16 tahun, saya selalu terkagum akan misteri Allah di sini (Graha Maria Annai Velangkanni). Banyak orang yang mencap saya orang gila saat membangun Velangkanni. Saya bisa melihat segala peristiwa misteri Allah dengan kacamata iman. Di balik sesuatu selalu ada sesuatu keajaiban. Yesus sendiri pernah bersabda: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat” (Lukas 7:50.”
Dia juga mendapati, tidak ada satu pun orang kudus yang tidak berdevosi kepada Bunda Maria. “Dalam penemuan inspirasi ini kemudian saya terbersit menorehkan kata mutiara di Capella St. Yohanes Paulus II,” Cum Ecclessia Par Mariam Ad Jesu atau Bersama Gereja, Melalui Maria Kepada Yesus.””
Dengan demikian berdevosi kepada Bunda Maria telah menjadi sine qua non bagi saya dalam mengenal anugerah Tuhan. Tanpa devosi sulit bagi saya mencapai pengenalan misteri Tuhan, kata Pastor James. “Namun banyak Gereja terkunci di luar hari perayaan misa Minggu ataupun Hari Raya dalam Kalender Liturgi. Nah, bagaimana dengan hari-hari di luar tempo itu? Bagaimana umat Katolik dapat berdevosi setiap hari? Di sini lah (Graha Maria Annai) Velangkanni menjadi rumah doa yang terbuka. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, dengan rajin berdevosi kepada Bunda Maria maka saya semakin mengenal Yesus seutuhnya.”
— dimuat di Menjemaat edisi Mei 2017 | (Pustaka: Menjemaat ed. Juli 2014; Katolisitas.org)