Mengakhiri tantangan dengan baik, laiknya Derek Redmond dan Rasul Paulus. Di dalam ruang pemahaman manusiawi kita, tentunya akan berkiblat pada kemenangan. Trofi. Dan mungkin gelimang hadiah. Namun, dua nama yang tersebut dalam judul untuk tulisan ini memposisikan kembali bagaimana mencapai target tersebut di luar kemenangan, piala atau bahkan hadiah.
Sejak tahun 1985, Derek Redmond menjadi pemecah rekor lari 400 meter dengan kecepatan 44.82 detik, kemudian ia memecahkan rekor tersebut pada tahun 1987 dengan kecepatan 44.50 detik. Pada tahun 1988 Redmond menjadi pelari olympiade Seoul. Tetapi sejak itu otot kakinya sering terluka dan luka itu sering robek dan merusak karirnya sebagai pelari.
Peristiwa menarik tentang Derek Redmond terjadi pada tahun 1992. Saat itu Redmond sedang mengikuti Olympiade di Barcelona, dan dia adalah pelari yang diunggulkan. Setelah melewati 150 meter, tiba-tiba kakinya kembali cedera. Dan menghentikan lajunya.
Tetapi dia adalah seorang atlet, Derek Redmond tetap berlari meskipun terluka dan tidak menyerah untuk menyelesaikan pertandingan lari itu hingga ke finish. Para atlet lain telah sampai ke finish, tetapi Derek Redmond tetap berlari walaupun harus dengan satu kaki dan hampir terjatuh. Hingga akhirnya seseorang dari kerumunan menerobos keamanan, orang itu adalah ayahnya. Ayahnya memegang dia dan berkata, “Kamu tidak perlu melakukan ini”. Tetapi Derek menjawab, “Saya harus menyelesaikannya”. Kemudian ayahnya berkata, “Mari kita selesaikan bersama”. Kemudian ayahnya membopong Derek Redmond sampai ke dekat finish dan Derek Redmond menyelesaikan pertandingan lari itu sampai ke finish.
Saat itu seluruh penonton berdiri dan bertepuk tangan untuk Derek Redmond dan ayahnya. Hari itu tidak ada yang ingat siapa yang menjadi juara pertama pada pertandingan lari itu. Tetapi sampai hari ini masih banyak orang yang ingat akan perjuangan Derek Redmond untuk mencapai finish.
Tantangan lebih besar terjadi pada Rasul Paulus. Sebelum ajalnya berakhir di tangan algojo Kaisar Nero, ia menuliskan surat terakhir, sebagaimana tercantum dalam Kitab 2 Timotius, ayat 6: “…saat kematianku sudah dekat.” Paulus memilih menyatakan bahwa dalam Kekristenan tidak pernah awal yang menentukan segala sesuatunya, tapi selalu hasil akhir dan finish yang menentukan. Mengedepankan karakter kasih dan iman yang teguh. Biarlah pada akhir hidup kita dapat berkata seperti Paulus dengan bangga dan penuh sukacita, dalam Kitab 2 Timotius, ayat 7: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”
Ditulis untuk majalah online Lentera edisi Juli 2014