Hinaan dari yang Kecil


1c4933547-121126_travel_len-stanmore_a-nbcnews-ux-2880-1000
Copyright: nbcnews.com

“Ketika Superman terbangun di pagi hari, ia adalah seorang  Superman, namun, ia mampu mengubah  pribadinya menjadi sosok Clark Kent. Seragam bersemat huruf ‘S’ besar itu adalah pakaiannya tatkala keluarga Kent yang menemukannya semasih bayi. Kacamata besar, jas pekerja adalah ciri khas Clark Kent sebagai manusia biasa. Clark Kent adalah cara  Superman memandang kita, manusia.  Termasuk dari perilaku Clark Kent itu sendiri. Clark adalah seorang yang lemah, pangling dan pengecut. Demikianlah Superman  mengkritisi kita, manusia.”

Kutipan di atas merupakan satu penggalan dialog antara Bill (diperankan David Carradine)  dengan Beatrix Kiddo (diperankan Uma ­Thurman)­ dalam­ film Kill Bill Vol.2 . Sebuah dialog cerdas  mengenai bagaimana hal kecil sebenarnya tengah menghina. Pada saya, Anda atau kita. Suatu yang dipandang  remeh karena ‘kecil’ justru sedang  merendahkan si penghinanya. Kita bisa menemukannya dalam  berbagai kisah seperti epos laga Daud  melawan Goliath. Beberapa insan legendaris  pernah menyatakan pencerahan ini.

Sebut saja Sir Edmund Hillary,  manusia pertama yang berhasil  mencapai puncak gunung Everest. Ia  mengatakan tantangan yang menakutkan bagi dirinya  bukanlah binatang buas, bongkahan es  raksasa, jurang yang curam ataupun padang gersang nan luas. Sebutir pasir adalah hal yang paling menakutkan bagi Hillary dalam pendakian Everest.

Sebutir pasir? “Sebutir pasir yang masuk di sela- sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sadar, kaki pun tak bisa  digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang  penjelajah sebab dia harus ditandu.”

Bagi Hillary, harimau, buaya, dan beruang, meski buas,  adalah binatang yang secara  naluriah  takut menghadapi manusia. Dan juga  seorang  penjelajah sudah punya  persiapan memadai  menghadapi  jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir. Tetapi, jika menghadapi sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang  penjelajah tak mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.

Sebutir pasir, bila ditilik secara ukurannya, tentu tidak sebanding dengan tantangan besar laiknya hewan buas atau keganasan alam lain.  Namun, Hillary  menandaskan  pentingnya perhatian hingga  bagian yang terinci. Ihwal kecil yang dipandang sepele, di kemudian hari dapat menjadi musibah.

Pengalaman merupakan guru terbaik bagi siapa saja. Mungkin kita perlu  sisihkan waktu untuk  merenungkan kembali hinaan terhadap ihwal yang dinilai sepele karena ia kecil. Sebagaimana­ ­Allah ­berfirman­ dalam Lukas 16:10: “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

superman___clark_kent_by_enricogalli-d4mex8b
Copyright: fangirlsarewe.com