
“Ketika Superman terbangun di pagi hari, ia adalah seorang Superman, namun, ia mampu mengubah pribadinya menjadi sosok Clark Kent. Seragam bersemat huruf ‘S’ besar itu adalah pakaiannya tatkala keluarga Kent yang menemukannya semasih bayi. Kacamata besar, jas pekerja adalah ciri khas Clark Kent sebagai manusia biasa. Clark Kent adalah cara Superman memandang kita, manusia. Termasuk dari perilaku Clark Kent itu sendiri. Clark adalah seorang yang lemah, pangling dan pengecut. Demikianlah Superman mengkritisi kita, manusia.”
Kutipan di atas merupakan satu penggalan dialog antara Bill (diperankan David Carradine) dengan Beatrix Kiddo (diperankan Uma Thurman) dalam film Kill Bill Vol.2 . Sebuah dialog cerdas mengenai bagaimana hal kecil sebenarnya tengah menghina. Pada saya, Anda atau kita. Suatu yang dipandang remeh karena ‘kecil’ justru sedang merendahkan si penghinanya. Kita bisa menemukannya dalam berbagai kisah seperti epos laga Daud melawan Goliath. Beberapa insan legendaris pernah menyatakan pencerahan ini.
Sebut saja Sir Edmund Hillary, manusia pertama yang berhasil mencapai puncak gunung Everest. Ia mengatakan tantangan yang menakutkan bagi dirinya bukanlah binatang buas, bongkahan es raksasa, jurang yang curam ataupun padang gersang nan luas. Sebutir pasir adalah hal yang paling menakutkan bagi Hillary dalam pendakian Everest.
Sebutir pasir? “Sebutir pasir yang masuk di sela- sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sadar, kaki pun tak bisa digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang penjelajah sebab dia harus ditandu.”
Bagi Hillary, harimau, buaya, dan beruang, meski buas, adalah binatang yang secara naluriah takut menghadapi manusia. Dan juga seorang penjelajah sudah punya persiapan memadai menghadapi jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir. Tetapi, jika menghadapi sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.
Sebutir pasir, bila ditilik secara ukurannya, tentu tidak sebanding dengan tantangan besar laiknya hewan buas atau keganasan alam lain. Namun, Hillary menandaskan pentingnya perhatian hingga bagian yang terinci. Ihwal kecil yang dipandang sepele, di kemudian hari dapat menjadi musibah.
Pengalaman merupakan guru terbaik bagi siapa saja. Mungkin kita perlu sisihkan waktu untuk merenungkan kembali hinaan terhadap ihwal yang dinilai sepele karena ia kecil. Sebagaimana Allah berfirman dalam Lukas 16:10: “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”
